ARLI: Curah Hujan dan Imlek di China Tekan Produksi Rumput Laut

Bisnis.com,07 Mei 2018, 20:12 WIB
Penulis: Sri Mas Sari
Petani rumput laut memeriksa tanaman rumput laut di Pantai Ujungnge, Bone, Sulawesi Selatan, Selasa (31/10)./ANTARA-Yusran Uccang

Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Rumput Laut Indonesia (ARLI) mengemukakan intensitas hujan yang tinggi dan Imlek di China mengganggu produksi rumput laut awal tahun ini.

"Kuartal I sedang musim hujan tentunya dan ada Imlek pada Februari, yang mana sebelum dan sesudahnya masyarakat Tiongkok melakukan persiapan dan libur," ujar Ketua Umum ARLI Safari Aziz saat dihubungi, Senin (7/5/2018).

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik melaporkan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) perikanan sepanjang Januari-Maret hanya 5,5%, melambat setelah periode sama tahun lalu melaju 7,1%.

"Perlambatan di subkategori perikanan antara lain karena penurunan produksi rumput laut akibat intensitas hujan yang tinggi. Permintaan rumput laut dari luar negeri, terutama China, juga menurun," kata Kepala Seksi Neraca Pertanian BPS Urip Widiyantoro.

Berdasarkan data Ditjen Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan, produksi rumput laut tahun ini ditarget 16,2 juta ton basah. Panen tahun lalu 10,8 juta ton basah atau di bawah target 13,4 juta ton basah.

Tahun lalu, meskipun secara keseluruhan iklim lebih kondusif dibandingkan 2016 yang La Nina, beberapa sentra produksi rumput laut bercurah hujan tinggi. Di Sulawesi, iklim basah menyulitkan aktivitas pengeringan dan sempat membuat harga rumput laut Rp27.000 per kg kering.

Curah hujan yang tinggi juga mengganggu distribusi. Mengingat rumput laut dibudidayakan pula di pulau-pulau kecil, ombak yang besar mengganggu pengangkutan dari pulau-pulau kecil ke hub.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Bunga Citra Arum Nursyifani
Terkini