Pengakuan Psikolog Saat Didekati Perekrut Teroris, Terhindar Karena Paham Agama

Bisnis.com,13 Mei 2018, 21:44 WIB
Penulis: Yoseph Pencawan

Bisnis.com, JAKARTA – Para pelaku dan pimpinan teror bom di Tanah air dan di berbagai belahan dunia acap mengatasnamakan tujuan-tujuan keagamaan untuk membenarkan tindakan yang mereka lakukan.

Begitu juga dalam melakukan regenerasi atau perekrutan anggota, mereka juga menggunakan modus menggunakan simbol-simbol atau dalil-dalil keagamaan kepada orang yang menjadi sasarannya.

Seperti yang dialami Nanang Suprayogi, seorang psikolog di Jakarta yang mengaku pernah coba didekati oleh perekrut yang dia yakini merupakan bagian dari gerakan radikal di Indonesia. Namun, karena Nanang memiliki pemahaman yang baik tentang agama, si perekrut akhirnya balik kanan setelah dia tidak mampu meyakinkan Nanang mengikuti doktrin yang disampaikan.

Dia menceritakan bertahun-tahun lalu saat ia masih duduk di bangku kuliah, seorang pria mendekatinya dengan mengajaknya berdiskusi soal agama hingga akhirnya pria tersebut bertandang ke rumah Nanang. Ketika bertandang, dia meminta Nanang untuk memanggil anggota keluarga yang lain untuk ikut serta dalam aktivitas yang dia sebut dengan "belajar agama".

"Waktu yang dia bilang belajar agama, saya tahu bahwa ayat dan bahasa Arab yang dia pakai salah betul, sehingga saya mendebatnya di situ juga," ujar Nanang yang sehari-hari menjadi akademisi ilmu psikologi di salah satu universitas swasta di Jakarta pada Minggu (13/5/2018).

Nanang masih ingat ketika itu si perekrut memiliki rangkaian ayat-ayat yang terpola yang digunakan sebagai dalil-dalil pembenaran atas doktrin yang coba ditanamkan. Namun, karena Nanang memahami kitab suci dan mengerti bahasa Arab yang dipelajarinya ketika dididik di pesantren, tujuan doktrin dari rangkaian ayat-ayat tersebut dibantahnya.

"Setelah berpikir beberapa saat, dia langsung pamit pulang, tetapi catatan-catatan ayat yang dia tulis, dia berkeras memintanya lagi," tutur Nanang.

Nanang meyakini runtutan ayat-ayat itulah yang digunakan perekrut untuk membenarkan pemikiran-pemikiran sesat yang ditanamkan kepada orang yang akan direkrut. Oleh karena itu, dia meyakini baik para perekrut, anggota sampai para eksekutor teror bom tidak benar-benar paham dengan agama yang dibawanya, melainkan hanya kulitnya.

Menurut Nanang, penting bagi setiap individu untuk memahami dengan baik agamanya masing-masing sehingga tidak dapat dipengaruhi begitu saja oleh paham radikal. Bukan pula harus berpendidikan di pesantren dan harus tahu bahasa tertentu, karena di mana pun dan dengan bahasa apa pun seseorang bisa menimba ilmu keagamaan dan mengamalkannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: M. Syahran W. Lubis
Terkini