Ekonom CIMB Niaga Tak Sarankan Suku Bunga Acuan Naik

Bisnis.com,14 Mei 2018, 17:53 WIB
Penulis: Ilman A. Sudarwan
suku bunga

Bisnis.com, JAKARTA – Chief Economist PT Bank CIMB Niaga Tbk. Adrian Panggabean menilai Bank Indonesia tidak perlu meningkatkan suku bunga kebijakan atau BI 7 Days (Reverse) Repo Rate dalam waktu dekat.

Menurutnya, peningkatan suku bunga acuan justru akan berdampak buruk terhadap industri, salah satunya industri perbankan. Dia mengatakan, perubahan BI 7DRR rate akan memicu penurunan pertumbuhan penyaluran kredit perbankan karena debitur cenderung menghindari suku bunga kredit yang tinggi.

Di saat yang bersamaan, hal ini juga akan memicu turunnya harga obligasi. Padahal membeli obligasi juga merupakan pilihan para bankir untuk mendapatkan keuntungan karena pertumbuhan penyaluran kredit yang tidak signifikan dalam beberapa tahun ke belakang.

“Bayangkan kalau suku bunga dinaikkan, loan growth-nya akan turun, sementara harga obligasi tambah turun lagi kan? Kalau [BI] menaikkan suku bunga acuan, dampaknya terhadap bank tidak akan bagus. Tidak ada gunanya,” katanya kepada Bisnis, Senin (14/5/2018).

Di luar industri perbankan, secara umum Adrian menilai peningkatan suku bunga acuan oleh BI juga tidak diperlukan. Alasannya, gejolak global yang terjadi hanya akan bersifat sementara. Peningkatan suku bunga acuan justru akan membuat Indonesia terlihat panik.

“Jadi jika kita meningkatkan suku bunga, tidak ada jaminan rupiah akan membaik. Tetapi saya yakin apa yang akan terjadi, pertama equity market akan jatuh, kedua ruang market pasti turun, ketiga akan terkesan panik,” katanya.

Selain itu, dia mengatakan pelemahan rupiah yang terjadi belakangan ini juga merupakan kondisi global yang tidak hanya menimpa Indonesia. Jika dibandingkan dengan negara-negara lainnya, tidak banyak yang memilih meningkatkan suku bunga acuan.

Di samping itu, dia menilai kondisi nilai tukar rupiah terhadap beberapa mata uang lain juga masih stabil. “Terhadap Euro stabil, terhadap Yen stabil, terhadap GBP stabil, hanya lemah kepada USD. Apakah responsnya harus menaikkan suku bunga?” tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Farodilah Muqoddam
Terkini