Menpar Perkirakan Aksi Teror Bisa Pukul Penurunan 1 Juta Wisman

Bisnis.com,16 Mei 2018, 17:06 WIB
Penulis: Ipak Ayu H Nurcaya
Wisatawan mancanegara mengunjungi Pantai Mandalika, Kuta, Praya, Lombok Tengah, NTB, Selasa (10/10)./ANTARA-Ahmad Subaidi

Bisnis.com, JAKARTA — Efek aksi teror bom yang masih panas di sejumlah daerah sejak akhir pekan lalu dinilai akan memukul industri pariwisata utamanya pada kedatangan wisatawan mancanegara atau wisman.

Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan jika berkaca dari status peringatan perjalanan atau travel warning yang dikeluarkan dunia internasional pada kejadian bencana alam erupsi Gunung Agung di Bali tahun lalu, maka Indonesia harus bersiap kehilangan 1 juta wismannya kembali.

"Bisa jadi penurunan sekarang seperti kejadian erupsi Gunung Agung lalu yakni penurunan 1 juta wisman," katanya, Rabu (16/5/2018).

Meski demikian, Arief mengemukakan Indonesia akan senantiasa menjaga keamanannya utamanya bagi pengunjung yang akan berwisata. Sejumlah tempat pun akan diketatkan keamanannya seperti hotel dan tempat rekreasi.

Sementara itu, Arief mengemukakan belum ada informasi pembatalan penerbangan, meski sejumlah negara sudah mengeluarkan travel advice ke Indonesia.

Adapun 13 negara tercatat sudah mengeluarkan travel advice yakni Inggris, Amerika Serikat, Australia, Hong Kong, Selandia Baru, Singapura, Kanada, Swiss, Malaysia, Polandia, Irlandia, Prancis, dan Filipina.

"Kami melakukan monitoring terus. Bersyukurnya belum ada pembatalan, terutama di Bali yang jadi barometer, karena levelnya travel advice itu memang kewajiban negara mengingatkan warga. Belum melarang. Kalau sudah travel warnings itu mulai. Ini baru level satu," katanya.

Padahal tahun ini, pemerintah menargetkan 17 juta wisman berkunjung ke Indonesia. Hingga kuartal I/2018 berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah wisman naik 14,8% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Angkanya sebesar 3,67 juta dibandingkan dengan periode kuartal I/2017 sebanyak 3,19 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Achmad Aris
Terkini