Defisit Neraca Pembayaran Asuransi Sudah Diduga

Bisnis.com,16 Mei 2018, 14:09 WIB
Penulis: Oktaviano DB Hana

Bisnis.com, JAKARTA – Melebarnya defisit neraca pembayaran jasa sektor asuransi dan dana pensiun pada 2018 sudah diprediksikan sebelumnya lantaran tingkat retensi asuransi umum dan reasuransi yang mengalami penurunan pada 2017.

Direktur Utama PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero) atau Indonesia ReFrans Y. Sahusilawane mengatakan sudah menduga kondisi tersebut bakal terjadi pada tahun ini. Sumber utamanya, jelas dia, adalah sektor asuransi umum.

“Gejala ini sebenarnya sudah terlihat pada akhir 2017 di mana tingkat retensi perusahaan asuransi umum rata-rata menurun 2% - 3%  ke tingkat 50%,” ungkapnya dikutip Bisnis.com, Rabu (16/5/2018).

Frans mengatakan penurunan tingkat retensi lebih dalam terjadi di perusahaan reasuransi. Tingkat retensi reasuransi di Indonesia turun ke 59% pada tahun lalu dari 65% pada 2016 dan 80% pada 2015.

Dia mengatakan hanya dua dari enam perusahaan reasuransi di Indonesia yang masih bertahan dengan tingkat retensi di kisaran 70%.

Data Bank Indonesia tentang Laporan Neraca Pembayaran Indonesia Realisasi Triwulan I/2018, yang dikutip Bisnis, Selasa (15/5/2018), menunjukkan defisit neraca pembayaran transaksi berjalan pada sektor tersebut tercatat senilai US$173 juta.

Realisasi itu menurun sekitar 11,61% sebab pada periode yang sama tahun sebelumnya defisit neraca pembayaran jasa sektor itu mencapai US $155 juta. Pertumbuhan itu pun lebih besar dari tahun sebelumnya, sebab pada defisit pada kuartal I/2017 bertumbuh sekitar 9,15% dibandingkan periode yang sama pada 2016.

Bila dirincikan, pada triwulan pertama tahun ini, nilai ekspor jasa di bidang asuransi dan dana pensiun mencapai US $8 juta. Realisasi tersebut meningkat dari nilai ekspor jasa di sektor itu baik pada kuartal I/2017 maupun pada kuartal I/2017, yang mencapai kisaran US$7 juta.

Di sisi impor, sektor asuransi dan dana pensiun pada kuartal I/2018 membukukan US $181 juta atau meningkat sekitar 11,73% dari realisasi triwulan pertama pada tahun sebelumnya, yakni sebesar US$162 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Anggi Oktarinda
Terkini