Saham Berkapitalisasi Kecil Dorong Penguatan Wall Street

Bisnis.com,17 Mei 2018, 06:05 WIB
Penulis: Aprianto Cahyo Nugroho
Bursa saham AS/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Sektor ritel dan teknologi memimpin penguatan indeks Wall Street pada perdagangan Rabu (16/5/2018).

Bahkan itu terjadi ketika kenaikan imbal hasil obligasi AS ke kisaran level tertinggi tujuh tahun menjadikan lebih banyak kompetisi untuk saham, dan investor mengkhawatirkan kondisi geopolitik.

Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup menguat 62,52 poin atau 0,25% ke level 24.768,93, sedangkan indeks Standard & Poor’s 500 naik 11,01 poin atau 0,41% ke level 2,722.46, dan Nasdaq Composite menguat 46,67 poin atau 0,63% ke level 7.398,30.

Emiten berkapitalisasi kecil melanjutkan tren tahun ini yang mengungguli saingan saham lain yang lebih besar, dengan indeks Russell 2000 mencapai rekor tertingginya setelah ditutup menguat 1%.

“Indeks saham berkalitalisasi kecil menyajikan permainan yang lebih bersih daripada saham besar lain di tengah dua penggerak pasar fundamental: pajak perusahaan yang lebih rendah dan ekonomi AS yang lebih kuat," ungkap perusahaan riset DataTrek, seperti dikutip Reuters.

Saham Macy Inc naik 10,8% setelah operator department store tersebut merilis laporan keuangan yang mengalahkan perkiraan analis dan menaikkan prospek labanya.

Kinera laporan keuangan juga mendorong saham department store lain, J.C. Penney Co Inc, Kohl Corp, Nordstrom Inc, dan Target Corp. Adapun sektor Department Store S&P 500 menguat 5,2 persen, lonjakan harian terbesar dalam hampir enam bulan terakhir.

"Saya pikir kinerja emiten telah sangat kuat," kata David Carter, kepala investasi di Lenox Wealth Advisors di New York. "Kekhawatirannya hanya pada masa depan dan pertumbuhan yang melambat."

Kinerja Macy mendorong sektor konsumer, sehari setelah data pemerintah yang menunjukkan percepatan belanja konsumen yang memicu kekhawatiran inflasi dan membantu penguatan imbal hasil obligasi pemerintah AS.

Imbal hasil pada obligasi AS bertenor 10 tahun mencapai 3,10% untuk pertama kalinya sejak Juli 2011, dan terus menekan saham karena investor mempertimbangkan apakah obligasi ini memiliki opsi yang lebih menarik dibanding saham yang lebih berisiko.

"Ketika imbal hasil naik, obligasi mulai menjadi sedikit lebih kompetitif dibanding aset berisiko dan saham pada khususnya," kata Katie Nixon, kepala investasi untuk divisi manajemen kekayaan di Northern Trust.

Di sisi lain, kemajuan diplomatik mereda ketika Korea Utara menunda pembicaraan tingkat tinggi dengan Seoul dan mengancam akan membatalkan pertemuan bersejarah dengan Amerika Serikat.

Ketidakpastian ini menambah kegelisahan investor menjelang negosiasi perdagangan antara Amerika Serikat-China.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Fajar Sidik
Terkini