Tren Ekspor Sarang Burung Walet Makin Positif

Bisnis.com,18 Mei 2018, 17:35 WIB
Penulis: Pandu Gumilar
Ilustrasi sarang burung walet/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA – Ekspor komoditas sarang burung wallet ke China kian menunjukkan tren yang positif.

Berdasarkan data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS), Kamis (17/5), angka kenaikan nilai ekspor komoditas pertanian mencapai 298,5 juta USD atau tumbuh 6,11 persen (month to month) dan 7,38 persen (year on year).

Secara detil, komoditas pertanian yang meningkat month to month adalah jagung dan biji kakao. Sedangkan komoditas pertanian yang melonjak year on year yaitu getah karet dan sarang burung walet.

Adapun dalam catatan BPS pada periode pertama 2018 yaitu Januari – April, China menjadi sasaran utama sebagai negara tujuan ekspor non-migas. Total ekspor China selama periode tersebut adalah US$8,16 milliar atau setara dengan 15,2% kegiatan ekspor Indonesia.

Anggota Komisi IV DPR Rahmat N Hamka mengatakan,sSektor agraris merupakan potensi dasar yang cukup besar dan potensial seperti perkebunan, holtikultura dan tanaman hutan lainnya.

Rahmat merasa optimis jika ke depan semakin banyak sektor agraris lain yang diseriusi, maka angka ekspor komoditas pertanian Indonesia bakal semakin melonjak.

Dengan data yang menunjukkan hasil peningkatan ekspor, Rahmat berpendapat, komoditas pertanian dapat berkontribusi penting untuk dukungan pertumbuhan perekonomian Indonesia.

"Kontribusi untuk perekonomian bisa menjadi tumpuan dasar. Sebab pertanian ini kan sifatnya merata, bukan golongan tertentu saja. Artinya semua kalangan masyarakat bisa mengelola,” katanya.

Sementara itu, wilayah seperti Sumatra, Kalimantan hingga Sulawesi berpotensi sebagai daerah penghasil sarang burung walet.

Sejauh ini pun daerah-daerah di wilayah tersebut yang selama ini menghasilkan sarang burung walet terbesar.

Sementara untuk pulau Jawa, meskipun sempat menjadi daerah dengan produksi terbesar namun saat ini terus menunjukan penurunan.

Papua, menurut Perkumpulan Pengusaha Sarang Burung Indonesia (PPBSI), tapi belum ada pengembangan karena satu dan lain hal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rustam Agus
Terkini