HARGA MINYAK: Pasar Respons Krisis Venezuela, Harga Kian Panas

Bisnis.com,22 Mei 2018, 06:40 WIB
Penulis: Renat Sofie Andriani
Harga minyak kian panas./.Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah Amerika Serikat berakhir menguat di level tertinggi barunya dalam tiga tahun pada perdagangan Senin (21/5/2018), setelah International Energy Agency (IEA) membuka wacana terkait turunnya produksi minyak Venezuela, yang menjadi selama ini menyimpan  cadangan minyak terbesar dunia.

Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Juni 2018, yang berakhir hari ini, Senin atau Selasa pagi WIB (22/5/2018) menguat 96 sen atau 1,35% dan ditutup di level US$72,24 per barel di New York Mercantile Exchange. Total volume yang diperdagangkan mencapai sekitar 18% di bawah rata-rata 100 hari.

Adapun harga minyak Brent untuk pengiriman Juni 2018 naik 71 sen dan ditutup di US$79,22 per barel di ICE Futures Europe exchange yang berbasis di London. Minyak mentah acuan global ini diperdagangkan premium US$6,87 terhadap WTI Juni.

Dilansir dari Bloomberg, krisis di Venezuela mendalam setelah kemenangan Presiden Nicolas Maduro dalam pemilihan umum yang kontroversial, diikuti larangan AS untuk membeli obligasi yang dimiliki pemerintah atau perusahaan minyak milik negara PDVSA, sehingga akan semakin membebani industri energi negara tersebut.

Pada saat yang sama, meredanya tensi perdagangan antara AS dan China mengurangi kekhawatiran tentang perang dagang yang akan memadamkan permintaan energi pada dua negara berkekuatan ekonomi terbesar dunia tersebut.

Pada hari Minggu (20/5/2018), Menteri Keuangan Steven Mnuchin mengatakan bahwa AS dan China sepakat untuk tidak saling melancarkan ancaman tarif masing-masing.

Sementara itu pada Senin (21/5/2018), penasihat ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow mengatakan bahwa ekspor gas alam cair dapat menerima manfaat dari komitmen dari China untuk meningkatkan pembelian barang-barang Amerika.

“Meredanya tensi perdagangan [antara AS dan China] jelas merupakan elemen positif karena China cenderung membeli banyak minyak, bensin, dan LNG,” kata Bob Yawger, director of futures di Mizuho Securities USA Inc., seperti dikutip Bloomberg, Selasa (22/5/2018).

Minyak berada di jalur untuk kenaikan bulanan ketiganya saat upaya pembatasan produksi yang dipimpin OPEC, konflik Timur Tengah, dan pergolakan di Venezuela mengancam pasokan global.

“Venezuela adalah risiko utama bagi pasar minyak untuk beberapa pekan atau bulan mendatang,” kata Direktur Eksekutif IEA Fatih Birol dalam wawancara dengan Bloomberg TV di Istanbul.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Linda Teti Silitonga
Terkini