Rupiah Sentuh Level Terlemah Sejak Oktober 2015

Bisnis.com,23 Mei 2018, 18:38 WIB
Penulis: Renat Sofie Andriani

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah kembali terperosok dan menyentuh level terlemah baru sejak Oktober 2015 pada akhir perdagangan hari ini, Rabu (23/5/2018), sejalan dengan depresiasi mayoritas mata uang Asia terhadap dolar AS.

Rupiah ditutup melemah 0,47% atau 67 poin di Rp14.209 per dolar AS, setelah dibuka dengan depresiasi tipis 1 poin atau 0,01% di Rp14.143 per dolar AS.

Padahal mata uang garuda berhasil rebound dan ditutup menguat 48 poin atau 0,34% di Rp14.142 pada perdagangan Selasa (22/5/2018). Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak pada level Rp14.143 – Rp14.209 per dolar AS.

Bersama rupiah, mayoritas mata uang lainnya di Asia terpantau melemah terhadap dolar AS sore ini, dipimpin rupee India yang melemah 0,51%. Di sisi lain, yen Jepang menguat tajam lebih dari 1% ke posisi 109,78 per dolar AS pada pukul 17.38 WIB.

Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama terpantau menguat 0,24% atau 0,226 poin ke level 93,835 pada pukul 17.27 WIB.

Sebelumnya indeks dolar dibuka di zona merah dengan turun 0,054 poin atau 0,06% di level 93,555, setelah berakhir turun 0,07% atau 0,068 poin di posisi 93,609 pada perdagangan Selasa (22/5).

Dilansir dari Bloomberg, mayoritas mata uang Asia melemah di tengah ketidakpastian seputar rencana pertemuan antara pemimpin Amerika Selatan (AS) dan Korea Utara.

Sebaliknya, kinerja mata uang yen, sebagai aset safe haven yang mendapat keuntungan dari ketidakpastian politik global, menguat.

“Ketidakpastian seputar pertemuan AS dan Korut menekan daya tarik aset berisiko,” ujar Ken Cheung, senior Asian FX strategist di Mizuho Bank. “Saat dolar AS tetap kuat, mayoritas mata uang Asia tertekan.”

Rupiah pun terseret bersama mayoritas mata uang Asia, mengenyampingkan komentar Menteri Keuangan Sri Mulyani tentang ruang bagi Bank Indonesia untuk menaikkan suku bunga acuan lebih lanjut demi mengatasi volatilitas yang melanda emerging markets.

Menurut Nanang Hendarsah, direktur eksekutif untuk manajemen moneter di BI, nilai tukar telah melemah terlalu jauh dari fundamentalnya.

Bank Indonesia diinformasikan membeli obligasi pemerintah dari pasar sekunder untuk mempertahankan rupiah. “Bank akan siap membeli lebih banyak obligasi selama masa arus keluar (outflow),” ujar Hendarsah, dikutip Bloomberg.

 Baca juga: GEJOLAK NILAI TUKAR: Rupiah Butuh Strategi Jitu

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Sutarno
Terkini