Bisnis.com, JAKARTA — Industri hilir minyak dan gas bumi atau migas dinilai lebih menggiurkan di mata perbankan nasional ketimbang sektor hulu.
Chief Economist The Indonesia Economic Intelligence Sunarsip mengatakan, kalau konteksnya pendanaan kepada industri hilir migas bahkan bank terbilang berebut untuk berpartisipasi. Sektor hilir migas ini, semisal pembangunan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU).
“Kalau industri hilir lebih menarik, bahkan bank itu berebut. Hilir kan sederhana, misalnya membangun pipanisasi gas, atau SPBU. Ini jelas, pasarnya dinilai sudah jelas,” tuturnya kepada Bisnis, Kamis (24/5/2018).
Komitmen untuk meningkatkan kontribusi pendanaan bank kepada sektor hilir migas, salah satunya datang dari PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Perseroan memasuki area pembiayaan di SPBU mini setelah ada MoU tentang Pemanfaatan Produk dan Jasa Layanan Perbankan Bagi Pengembangan Pelaku Usaha Migas antara BNI dengan Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas), serta antara BNI dengan PT Garuda Mas Energi pada 2017.
Emiten berkode saham BBNI tersebut berkomitmen mendukung rencana peningkatan status hukum penjual BBM eceran. Dengan peningkatan status akan terbuka akses pembiayaan bagi pelaku usahanya.
Dengan demikian, BNI sendiri berpeluang lebih banyak menjangkau pebisnis skala kecil di bidang migas. Pelaku usaha pun dapat memanfaatkan komitmen pendanaan dari BNI untuk pengadaan gerai BBM, menambah modal usaha, maupun mengakses layanan transaksi keuangan.
Kerja sama yang erat antara BNI dengan Hiswana Migas dan PT GME diharapkan dapat berjalan secara berkesinambungan dan saling menguntungkan. BNI siap memberikan jasa layanan perbankan melalui channel BNI ke segenap pelaku usaha migas yang tersebar di seluruh Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel