Bisnis.com,JAKARTA — Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo berjanji mendorong lima instrumen yang lebih prostabilitas dan propertumbuhan dalam pengelolaan moneter di Indonesia.
Pelantikan Perry sebagai Gubernur Bank Indonesia menjadi headline koran Bisnis Indonesia edisi Jumat 25 Mei 2018. Berikut laporan selengkapnya.
Janji itu disampaikan Perry setelah diambil sumpahnya sebagai Gubernur Bank Indonesia (BI) periode 2018—2023 oleh Ketua Mahkamah Agung Hatta Ali, Kamis (24/5). Hadir dalam pengambilan sumpah yang dilanjutkan serah terima jabatan, a.l. Menko Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Menteri BUMN Rini Soemarno, Menteri Sosial Idrus Marham, dan Menteri PAN-RB Asman Abnur.
Selain itu, Wakil Presiden periode 2009—2014 Boediono dan mantan Gubernur BI Agus D.W. Martowardojo turut memberikan ucapan selamat bersama dengan Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso, dan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS) Halim Alamsyah.
Serah terima jabatan dilakukan dari Mirza Adityaswara kepada Perry Warjiyo mengingat masa jabatan Agus D.W. Martowardojo sebagai Gubernur BI telah selesai pada 23 Mei 2018. Dalam pidatonya, Perry menyampaikan lima instrumen yang menjadi prioritas kebijakan bank sentral dalam menjaga stabilitas moneter dan mendorong perekonomian. (Lihat infografis) Menurutnya, kombinasi kebijakan moneter dan fiskal bisa menjaga stabilitas dan mendorong pertumbuhan.
Selain itu, Perry mengungkapkan hal yang tidak kalah penting yakni koordinasi untuk memperkuat akselerasi sektor riil. “Baik mendorong pertumbuhan maupun mengatasi defisit transaksi berjalan,” katanya.
Pada jangka pendek, Perry menegaskan tiga langkah stabilisasi nilai tukar rupiah yang sempat terdepresiasi hingga Rp14.200 per dolar AS. Menurutnya, BI akan mengambil langkah pencegahan, front loading, dan dual intervention.
Janji Gubernur BI untuk menstabilkan nilai tukar rupiah direspons positif oleh pasar. Pada perdagangan Kamis (24/5), rupiah ditutup menguat 76 poin atau 0,53% menjadi Rp14.133 per dolar AS, dari penutupan perdagangan sesi sebelumnya.
Selama tahun berjalan, mata uang Garuda masih mengalami pelemahan 4,26%. Adapun, IHSG naik 2,67% ke posisi 5.946,54. Sri Mulyani menilai Perry memiliki kredibilitas dan mampu memberikan kepemimpinan yang menenangkan. Dengan situasi dan kondisi saat ini, dia menyatakan kebijakan yang diambil harus fokus pada stabilitas. “Sehingga tidak menimbulkan situasi yang tidak sustainable.”
Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso juga memiliki harapan yang sama. Bahkan, dia meminta Perry mampu meredam dampak kebijakan suku bunga The Fed. “Kita harapkan gebrakannya akan berdampak positif.”
Halim Alamsyah berharap kerja sama BI dan Komite Stabilitas Sistem Keuangan akan kian erat. “Kami di LPS juga sedang bersiap-siap untuk me-review stance LPS rate yang lebih tepat.”
Dirut PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Suprajarto berharap arah kebijakan BI dapat menenangkan pasar. Terkait dengan arah kebijakan suku bunga acuan, Suprajarto berharap BI dapat menahan diri. “Harapan saya tidak naik lagi.”
Kepala Ekonom PT Bank Maybank Indonesia Tbk. Juniman menilai Perry akan segera melakukan bauran kebijakan, termasuk intervensi ganda, pendalaman pasar keuangan dan relaksasi makroprudensial. Bila langkah bauran kebijakan itu dilakukan bersamaan, Juniman yakin hasilnya akan positif. “kenaikan suku bunga saja tidak akan menjamin rupiah menguat.”
Perry pun siap memprioritaskan kebijakan moneter untuk menstabilkan rupiah dengan kombinasi kebijakan suku bunga dan intervensi ganda.
Sejak Januari, BI telah membeli Rp50 triliun surat berharga negara (SBN) yang dijual asing, di mana pada Mei, BI membeli SBN hingga Rp13 triliun.
Direktur Riset CORE Piter Abdullah berharap BI lebih cermat berhitung dan berinovasi untuk meramu bauran kebijakan suku bunga serta intervensi pasar valas dan SBN dalam dosis yang tepat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel