Mengenal Mesjid Layur Semarang dan Tradisi Kopi Arab

Bisnis.com,25 Mei 2018, 16:05 WIB
Penulis: Alif Nazzala Rizqi
Mengenal Mesjid Layur Semarang dan Tradisi Kopi Arab
Mesjid Layur atau Mesjid Menara Kampung Melayu, Semarang/Bisnis-Alif Nazzala Rizqi

Bisnis.com, SEMARANG - Mesjid Layur adalah salah satu masjid tua di Kota Semarang. Mesjid bersejarah ini juga merupakan cagar budaya. Mesjid Layur ini didirikan sekitar tahun 1802 oleh saudagar asal Yaman.

Arsitektur yang kental dengan perpaduan gaya etnis Jawa, Melayu dan Arab sangat terasa menghiasai setiap sudut Mesjid Layur, mulai dari pintu, jendela, tempat imam bahkan hingga menara masjid.

Masjid Layur yang berada di Jalan Layur, Kelurahan Dadapsari, Semarang Utara ini juga dikenal warga dengan sebutan Mesjid Menara Kampung Melayu, karena terdapat menara yang menjulang tinggi di depannya.

Takmir Mesjid Layur, Ali Maksum mengatakan, dulunya mesjid ini banyak dijadikan tempat beribadah serta menyiarkan agama Islam kepada warga sekitar. Masjid ini juga menjadi tempat persinggahan utama para pedagang Arab yang ingin beristirahat.

Mengenal Mesjid Layur Semarang dan Tradisi Kopi Arab

Interior Mesjid Layur: Tarawih mulai pukul 20.00 WIB/Bisnis-Alif Nazzala Rizqi

Dikatakan Ali, saat ini keberadaan keturunan orang-orang Arab telah berpindah karena lokasi sekitar mesjid sering dilanda banjir rob.

"Dulu banyak orang Arab asli di sini, tapi karena sering ada rob mereka pindah. Biasanya kalau setiap Idulfitri dan Iduladha mereka ke sini, untuk beribadah karena ingat mereka yang mendirikan masjid ini," kata Ali Maksum, Jumat (25/5/2018).

Dulunya mesjid ini memiliki dua lantai, namun karena banjir rob itulah terpaksa diubah menjadi satu lantai saja.

Tidak hanya sisi bangunan yang dipertahankan, kebiasaan yang terus dilestarikan adalah waktu salat tarawih yang baru dimulai pada pukul 20:00 WIB.

Kata Ali, sejak dulu pelaksanaan salat tarawih di mesjid ini memang berbeda dari mesjid sekitarnya dan terus dijaga hingga sekarang.

"Biasanya saya tetap adzan saat waktu Isya tiba. Tapi setelah itu berhenti diisi dengan tadarus atau berdizkir. Baru dilanjut pukul 20:00 WIB untuk Tarawih sampai sekitar 21:45 WIB," ujar Ali.

Tidak hanya itu, lanjutnya, bagi perempuan juga tidak diperkenankan salat di dalam masjid. Hal itu karena dulunya perempuan dilarang ke masjid ketika sedang haid, dan aturan tersebut sampai sekarang terus dijaga.

"Sampai sekarang enggak boleh salat di dalam masjid, khusus perempuan. Namun kini sudah kita buatkan bangunan sendiri bagi jamaah perempuan yang akan beribadah salat," ucapnya.

Kopi Arab

Bagi pecinta kopi tidak ada salahnya datang ke Mesjid Layur ini. Setiap Ramadan tiba mesjid ini akan menyajikan Kopi Arab, sebuah tradisi yang telah ada sejak puluhan tahun silam itu.

Ketika menyeruput Kopi Arab, pengkonsumsinya akan merasakan sensasi yang berbeda dan tidak terdapat di tempat lain. Kopi Arab ini dibuat dengan campuran 7 rempah, seperti kapulaga, cengkeh, kayu manis, serai, jahe, daun pandan, dan daun jeruk.

Kopi Arab: Sensasi 7 rempah/Bisnis-Alif Nazzala Rizqi

Ali Maksum mengatakan, resep pembuatan kopi tersebut tidak berubah dari masa awal ketika dibawa oleh orang Yaman, sehingga rasanya sama enak layaknya dibuat orang Yaman tersebut.

"Resepnya enggak berubah, dari sejak saya diajari 10 tahun lalu, rasanya tetap sama enaknya," ujar Ali.

Dijelaskan Ali, Kopi Arab bisa ada di Mesjid Layur ini karena dibawa oleh orang-orang Yaman dan orang Arab. Dulunya, tutur Ali, Kopi Arab selalu disajikan saat ada hajat keluarga maupun kegiatan penting lainnya.

"Kalau sekarang cuma di bulan Ramadan, tapi kalau dulu setiap mereka punya hajat pasti selalu disajikan," ujarnya.

Ia menambahkan, untuk setiap harinya, takmir Mesjid Menara akan menyediakan 40 cangkir kopi Arab pada saat berbuka dan beberapa teko ketika tadarus Al Quran.

Kopi Arab dihidangkan saat berbuka puasa dan ketika tadarus Al-Quran./Bisnis-Alif Nazzala Rizqi

"Kita selalu sajikan Kopi Arab dengan kurma, Itu yang dari kita. Kalau untuk takjil berbuka dari masyarakat sendiri yang menyedekahkannya," ucap Ali.

Ia melanjutkan, setiap Ramadan tiba kopi ini selalu digemari banyak orang. Bahkan ada yang rela datang dari luar kota seperti Jakarta dan kota-kota lainnya.

Kopi Arab dan kudapan berbuka puasa/Bisnis-Alif Nazzala Rizqi

"Banyak yang datang ke sini pengen tau rasanya, macam-macam ada yang dari Semarang sendiri maupun luar kota," pungkasnya.

Sementara, bagi para pengunjung yang ingin menikmati, Kopi Arab ini diberikan secara gratis pada saat berbuka puasa. Pengunjung pun bisa melihat proses pembuatan kopi yang dimulai sekitar pukul 16:00 WIB di rumah Ali Maksum yang berada disebelah mesjid ini.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Saeno
Terkini