Lestarikan Tradisi, Dewan Kesenian Lampung Bahas Gamolan Pekhing

Bisnis.com,25 Mei 2018, 09:57 WIB
Penulis: M. Syahran W. Lubis
Gamolan Pekhing dari Lampung Barat./Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Komite Tradisi Dewan Kesenian Lampung (DKL) menggelar Workshop Ngicik Ko Seni Gamolan Pekhing sebagai salah satu upoaya melestarikan gamelan yang berasal dari Lampung Barat itu.

Gelaran workshop yang dikemas sekaligus acara buka puasa bersama itu digelar di Gedung DKL, PKOR Wayhalim, Kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung, pada Kamis (24/5/2018).

Workshop alat musik yang dibunyikan dengan cara dipukul ini mengusung tema Citra Insan Berbudaya dalam Kearifan Lokal ini dengan nara sumber utama Syafril Yamin bergelar Mamak Lil Rajo Gamolan. Ia juga merupakan Ketua Komite Tradisi DKL.

Pada gelaran Ngicik Ko alias bincang-bincang tentang alat musik gamelan yang terbuat dari bambu ini, Komite Tradisi menghadirkan juga para pembicara praktisi seni dan akademisi Hari Jayaningrat, I Gusti Nyoman Arsana, Adin Gedanggung, Erizal Barnawi, Riyan Hidayatulloh, dan Ricad Sambera dari Kembahang.

Dalam gelaran Ngicik Ko Gamolan Pekhing itu juga diluncurkan buku notasi Gamolan Pekhing. "Kami membahas musik tradisional gamolan pekhing dari Sekala Brak, Lampung Barat," ujar Mamak Lil yang bergelar Rajo Gamolan.

Mamak Lil sendiri merupakan seorang pengrajin sekaligus pelatih dan nara sumber alat musik tradisional gamolan pekhing yang diperkirakan sudah ada sejak abad keempat.

Ketua Umum DKL Yustin Ridho Ficardo menyambut baik gelar workshop tersebut. Yustin berharap musik tradisional Lampung bisa sejajar dengan musik Nusantara lainnya.

“Kami terus berupaya agar pemerintah memberikan ruang kepada seni tradisi. Diharapkan ke depan seni tradisi bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri termasuk gamolan pekhing,” kata Yustin sebagaimana siaran pers yang diterima Bisnis.com pada Jumat (25/5/2018).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: M. Syahran W. Lubis
Terkini