Adaro Energy (ADRO) Siap Realisasikan Rencana Akuisisi Kestrel

Bisnis.com,31 Mei 2018, 00:02 WIB
Penulis: Hafiyyan
Presiden Direktur PT Adaro Energy Tbk Garibaldi Thohir (tengah) didampingi pemegang saham Adaro Erick Thohir (kiri) berbincang dengan Kepala KPP Wajib Pajak Besar Empat Dody Herawan, seusai penyerahan laporan SPT tahunan PPh Orang Pribadi tahun 2017 di Jakarta, Selasa (20/3/2018)./JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA - Rencana PT Adaro Energy Tbk. (ADRO) mengakuisisi tambang kokas Kestrel milik Rio Tinto kian mendekati realisasi setelah perseroan mengantongi izin dari pemerintah Australia.

Direktur Adaro Energy M. Syah Indra Aman menyampaikan, perseroan sudah mendapatkan izin dari pemerintah Australia pada pekan lalu untuk mengakuisisi 80% kepemilikan Rio Tinto di tambang Kestrel.

Sebagai informasi, Adaro Energy bersama EMR Capital akan mengakuisisi tambang tersebut dengan nilai US$2,25 miliar. Kontribusi ADRO dalam akuisisi tersebut mencapai 49%.

"Persetujuan dengan pemerintah Australia sudah selesai pekan lalu. Jadi kita persiapkan tahap selanjutnya, terutama pembiayaan," ujarnya, Rabu (30/5).

Menurutnya, 30%-40% dana akuisisi berasal dari ekuitas perseroan, dan selebihnnya dari pinjaman perbankan. Closing akuisisi diperkirakan terjadi pada awal Agustus atau September 2018.

"Dari Rio Tinto, closing-nya itu harus tanggal 1. Kalau gak 1 Juli, 1 Agustus, atau 1 September [realisasinya]," tuturnya.

Presiden Direktur Adaro Energy Garibaldi Thohir menyampaikan, rencana akuisisi tambang Kestrel merupakan salah satu fokus pengembangan ADRO ke depan dalam bisnis batu bara kokas.

Ekspansi bisnis kokas menurutnya sangat menarik dalam jangka panjang seiring dengan pertumbuhan bisnis baja. Pria yang akrab disapa Boy ini meyakini, Indonesia akan menjadi negara industrialis, sehingga membutuhkan baja dalam jumlah banyak.

"Ke depannya kami memang akan fokus mengembangkan tiga pilar bisnis, yakni pertama batu bara kokas, kedua pembangkit listrik, dan ketiga, bisnis nonbatu bara seperti air bersih. Namun, yang paling prospektif tentu saja kokas," paparnya.

Dalam bisnis kokas, saat ini perseroan baru mengandalkan Adaro MetCoal Companies (AMC). Per 2018, volume produksi dan penjualan ditargetkan mencapai 1 juta ton.

Menrutnya, ekspansi ke bisnis kokas dan non batu bara merupakan tindakan self destruction. Artinya, sebelum perusahaan terhantam fluktuasi harga batu bara thermal, Adaro sudah melakukan diversifikasi lini usaha, sehingga sumber pendapatan kian beragam.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Riendy Astria
Terkini