Ekspansi Smelter Inalum Ikuti Jadwal Proyek PLTA

Bisnis.com,10 Jun 2018, 19:43 WIB
Penulis: Lucky Leonard
Pekerja melakukan proses pemurnian dari nikel menjadi feronikel di fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) Pomalaa milik PT Aneka Tambang (ANTAM) Tbk, di Kolaka, Sulawesi Tenggara, Selasa (8/5/2018)./JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA -- PT Inalum (Persero) menyatakan kecepatan penyelesaian smelter aluminium di Kalimantan Utara akan sangat tergantung pada pembangunan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) di Sungai Kayan.

Direktur Pengembangan Bisnis Inalum Oggy Achmad Kosasih mengatakan waktu pengerjaan smelter tersebut akan disesuikan dengan proyek PLTA. Pasalnya, smelter baru bisa beroperasi setelah PLTA terbangun.

"Smelter harus nunggu listrik dulu. Kalau pembangunan PLTA bisa 4 sampai 5 tahun. Untuk smelternya 3 tahun bisa terbangun," ujarnya, baru-baru ini.

Dengan adanya PLTA yang dibangun sendiri, biaya listrik untuk smelter tersebut diharapkan mampu ditekan. Alasannya, biaya energi dalam industri pembuatan aluminium mencapai 38% atau sama dengan biaya alumina sebagai bahan bakunya.

"Kalau angkanya lebih dari US$2,5 sen per kWh kita gak akan mau. Tapi, kalau kita bangun sendiri, keuntungan dari pembangkit kan gak usah dihitung," tuturnya.

Sementara itu, Direktur Utama Inalum Budi Gunadi Sadikin menyatakan pemerintah telah meminta pihaknya untuk mempercepat pembangunan PLTA yang rencananya berkapasitas hingga 1.700 megawatt (MW) tersebut. Meskipun begitu, kecepatan pengerjaan proyek akan sangat bergantung pada kecepatan penerbitan izin-izin dari pemerintah.

Dia mengungkapkan Inalum akan mencari mitra untuk pembangunan PLTA tersebut. Namun, pihaknya yang akan memimpin.

Adapun smelter yang diperkirakan memakan biaya US$2,5 miliar tersebut ditargetkan commissioning pada 2024. Kapasitasnya sebesar 500.000 ton aluminium per tahun dan bisa ditingkatkan hingga 1 juta ton aluminium per tahun.

Saat ini, Inalum telah memiliki smelter aluminium di Kuala Tanjung, Sumatera Utara, dengan kapasitas 260.000 per tahun. Dengan pemutakhiran teknologi, kapasitas tersebut bisa didorong hingga 300.000 ton per tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Sepudin Zuhri
Terkini