Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Harda Internasional Tbk. mengumumkan rencana penerbitan saham baru atau rights issue pada 4 Juli-10 Juli 2018 guna meningkatkan modal inti.
Bank Harda menargetkan penambahan modal inti menjadi minimal sebesar Rp1 triliun sehingga bank yang berdiri pada 1992 tersebut dapat dikategorikan sebagai bank Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) II. Per Maret 2018, modal inti bank tercatat sebesar Rp381 miliar.
"Dana tersebut selanjutnya akan digunakan untuk memperkuat struktur pendanaan jangka panjang guna mendukung ekspansi kredit dalam rangka pengembangan usaha sesuai dengan Rencana Bisnis Bank," demikian dikutip melalui keterbukaan informasi, Kamis (21/6/2018).
Perseroan menawarkan sebanyak-banyaknya 501,8 juta saham baru atau sebesar 11,11% dari modal disetor dengan nilai nominal Rp100 per saham. Dana yang dihimpun diperkirakan mencapai Rp100 miliar.
PT Hakimputra Perkasa sebagai pemegang saham utama perseroan menyampaikan dalam prospektus akan mengambil sebagian HMETD yang menjadi haknya dengan nilai sebesar Rp13,5 miliar atau 67,5 juta saham dengan mengkonversi uang muka setoran modal yang telah dicatat per tanggal 27 Maret 2017.
Sementara untuk sisa saham yang tidak diambil oleh pemegang HMETD akan dialokasikan kepada pemegang HMETD yang telah melaksanakan kewajibannya dan mengajukan pesanan saham tambahan.
Di dalam prospektus juga disebutkan jika terdapat dana hasil penawaran umum yang belum direalisasikan, perseroan akan menempatkan dana tersebut dalam instrumen keuangan yang aman dan likuid dengan tingkat suku bunga 4% - 7,75%.
Kinerja Bank Harda sepanjang 2017 menunjukkan pertumbuhan positif. Laba bersih tercatat senilai Rp10,3 miliar, tumbuh 46% dibandingkan dengan capaian pada tahun sebelumnya yakni Rp7 miliar.
Adapun, penyaluran kredit sepanjang 2017 turut mengalami pertumbuhan sebesar 24,3% menjadi sebesar Rp1,73 triliun, dibandingkan dengan capaian pada tahun sebelumnya Rp1,39 triliun.
Bank Harda menargetkan bisnis pembiayaan dapat tumbuh sekitar 12% sampai dengan akhir tahun 2018. Realisasi pembiayaan sampai dengan kuartal I/2018 telah mencapai Rp1,6 triliun, tumbuh 15% secara year on year, dengan rasio kredit bermasalah (NPL) gross di kisaran 3,76%.
Sementara itu, modal inti perseroan tercatat mengalami pengurangan sebesar 1,08% dari posisi sebelumnya pada kuartal I/2017 sebesar Rp385 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel