Bisnis.com, JAKARTA—Selepas The Fed menaikkan suku bunga kebijakan dan melemahnya Rupiah dalam beberapa hari belakangan ini, Ekonom Bank Permata Tbk. Josua Pardede mengatakan, Bank Indonesia berpotensi kembali melakukan pengetatan kebijakan moneter apabila nilai tukar rupiah cenderung menurun dalam jangka pendek.
Kenaikan suku bunga acuan ini selanjutnya berpotensi direspons bank dengan meningkatkan tingkat counter deposito rate atau suku bunga deposito dan suku bunga kredit.
Penyesuaian suku bunga bank menurutnya, akan banyak dipengaruhi oleh tingkat likuditas, risiko kredit serta over-head cost margin.
“Jika kondisi likuiditas terjaga, indikator risiko kredit yang tercermin dari NPL trennya menurun serta perbankan terus melakukan efisiensi, tentu besaran kenaikan suku bunga perbankan tidak selalu sebesar kenaikan suku bunga acuan BI,” katanya kepada Bisnis, beberapa waktu lalu.
Dengan demikian, lanjutnya, penyesuaian suku bunga kredit akan mengalami lagging time serta diharapkan berdampak minim bagi pertumbuhan kredit perbankan di sisa periode berjalan.
Selain itu, dia mengharapkan BI akan memberi berbagai kebijakan makroprudensial untuk tetap mendorong sisi permintaan kredit perbankan.
“BI pun juga akan mengoptimalkan bauran kebijakan nya dengan melonggarkan kembali kebijakan makroprudensial yang diharapkan dapat tetap mendorong sisi permintaan kredit perbankan khususnya kredit konsumsi,” katanya.
Untuk diketahui, berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) sebelum libur Lebaran Idulfitri pada 8 Juni, nilai kurs Rupiah tercatat senilai Rp13.902 per dolar AS. Setelah libur hampir dua pekan, nilai tukar rupiah merosot ke level Rp14.090 per dolar AS, pada 21 Juni dan Rp14.102 pada 22 Juni.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel