Bisnis.com, JAKARTA - Direksi dan karyawan PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BNI) melaksanakan acara ziarah dan tabur bunga di makam mantan Direktur Utama BNI Somala Wiria.
Acara tersebut dilakukan di Taman Pemakaman Umum Jeruk Purut Jakarta Selatan, Kamis (28/6/2018) sebagai rangkaian kegiatan peringatan HUT BNI ke-72. Direksi yang hadir yaitu Wakil Direktur Utama Herry Sidharta, Direktur Hubungan Kelembagaan Adi Sulistyowati, Direktur Bisnis Kecil & Jaringan Catur Budi Harto dan Direktur Keuangan Anggoro Eko Cahyo.
Dalam sambutannya Herry mengatakan bahwa BNI tetap bisa eksis hingga hari ini tak lepas dari jerih payah dan kerja keras para pendahulunya. Oleh karena itu, ziarah ini merupakan bentuk rasa hormat dan penghargaan mereka.
"Khususnya kepada almarhum bapak Somala Wiria beserta keluarga, terima kasih telah memberika dhama bhakti dan sumbangsih terhadap kemajuan BNI yang kita cintai ini," ujarnya.
Somala awalnya berkarir sebagai tentara sekalipun latar pendidikannya adalah Sekolah Menengah Ekonomi Atas (SMEA). Hanya berdinas lima tahun, ia keluar dengan pangkat terakhir sersan mayor.
Dia kemudian mendaftar sebagai pegawai Escomto Bank yang kelak menjadi Bank Dagang Negara pada 1955. Tidak lama setelah menjadi pegawai bank, Somala mendapat kesempatan dididik di Akademi Bank JPKB, Jakarta. Pendidikan akademis membuka kesempatan baginya untuk menjabat Wakil Kepala Perwakilan BDN di London, Inggris pada 1962.
Pada 1973 Somala diangkat sebagai Direktur BNI. Lima tahun kemudian pria kelahiran Bandung 4 April 1931 ini akhirnya ditunjuk sebagai dirut. Salah satu prestasi Somala semasa menjabat adalah membukukan kenaikan laba sampai 80% pada 1983 menjadi Rp78,92 miliar dengan aset senilai Rp4,95 triliun.
Dalam buku biografi mantan Gubernur Bank Indonesia almarhum Rachmat Saleh, Somala disebut ikut berperan dalam pembangunan proyek Dunia Fantasi di Ancol, Jakarta gagasan taipan properti Ciputra.
Kala itu, Ciputra kesulitan mendapatkan pinjaman bank untuk membiayai proyek prestisius tersebut. Padahal dia telah membuat studi kelayakan dengan konsultan asal Amerika Serikat.
Pak Ci, panggilan akrab Ciputra, lantas mencoba menghadap ke Rachmat Saleh dan mempresentasikan proyek tersebut. Saat memaparkan proyek tersebut, sebagaimana tertulis dalam buku, Ciputra tak berharap banyak. Namun, rupanya respons Rachmat amat positif.
Pertemuan tersebut dilanjutkan dengan pertemuan lainnya. Kali ini Rachmat mengajak Direktur Bank BNI kala itu Somala Wiria yang didampingi Direktur Keuangan Bank BNI Teuku Abdullah dan Kepala Divisi Kredit Widigdo Sukarman. Singkat cerita, kredit pun diberikan untuk pembangunan proyek dengan jangka tujuh tahun.
BNI sendiri pada awalnya didirikan di Indonesia sebagai bank sentral berdasarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 2 tahun 1946 tanggal 5 Juli 1946. Selanjutnya, berdasarkan Undang-Undang No. 17 tahun 1968, BNI ditetapkan menjadi Bank Negara Indonesia 1946 dan statusnya berganti menjadi Bank Umum Milik Negara (BUMN).
BNI merupakan Bank BUMN pertama yang menjadi perusahaan publik setelah mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya pada tahun 1996. Saat ini, 60% saham BNI dimiliki oleh Pemerintah Republik Indonesia. Sedangkan 40% sisanya dimiliki oleh masyarakat, baik individu maupun institusi, domestik, dan asing.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel