Bisnis.com, JAKARTA -- Pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS diperkirakan akan memberikan dampak signifikan terhadap industri perbankan.
Nilai tukar rupiah di pasar spot pada tadi pagi, Jumat (29/6/2018) sempat terperosok ke level Rp14.402 per dolar AS, dan mampu berbalik ke level Rp14.357 per dolar AS akibat pelemahan dolar AS.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan dampak pelemahan Rupiah terhadap Dolar AS akan mempengaruhi dua lini bisnis perbankan secara signifikan.
Pertama, likuiditas dalam valuta asing (valas) akan semakin mengalami pengetatan. Beberapa bank sebelumnya pernah menyebutkan dana simpanan valas mengalami penurunan setiap nilai tukar antar kedua mata uang tersebut mengalami penurunan.
Kedua, kredit perbankan dalam valas akan menjadi kurang diminati dengan adanya kemungkinan risiko missmatch selisih kurs yang meningkat sehingga berdampak pada cost of borrowing bank. "Jadi, kebanyakan pengusaha akan memilih untuk rem [menahan pengajuan] kredit valas," ujarnya kepada Bisnis, Jumat (29/6/2018).
Terlebih lagi dengan potensi kenaikan Fed rate yang dikabarkan akan terjadi hingga 4 kali tahun ini yang dapat menyebabkan bunga valas dalam Dolar semakin mahal. "Prediksinya pembiayaan alternatif berdenominasi Rupiah lebih aktraktif, seperti IPO dan penerbitan obligasi. Exposure risk-nya relatif lebih terkendali," tambahnya.
Bank Indonesia melalui PBI NOMOR 16/9/PBI/2014 telah mewajibkan perbankan untuk memberlakukan sistem hedging atau lindung nilai terkait bisnis kredit di luar negeri yang mengharuskan adanya proses nilai tukar. Kebijakan ini diterapkan guna meminimalisir risiko transaksi maupun investasi yang disebabkan oleh fluktuasi nilai tukar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel