Bisnis.com, JAKARTA - Perkumpulan Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) mendorong industri untuk mengembang produk ritel. Hal ini diyakini akan mendongkrak penetrasi pasar dan aset dana pensiun Indonesia yang saat ini relatif jauh tertinggal dari negara-negara tetangga.
Sub Head Public Relation Asosiasi DPL Syarifudin Yunus menerangkan, berdasarkan data aset dana pensiun terbesar di dunia 2016, Malaysia dan Singapura masuk peringkat 15 besar. Total aset dana pensiun Malaysia US $165,46 juta berada di peringkat 15, dan Singapura US $227,10 juta. Dibandingkan dengan jumlah tersebut Indonesia masih jauh tertinggal dengan total aset sekira US $55 juta.
Untuk mendongkrak pertumbuhan industri, Syarifudin mendorong pelaku DPLK untuk menjual produk ritel, dan mengalihkan ketergantungan pada segmen korporasi yang selama ini digeluti.
"Kritik kami harusnya DPLK itu bisa dibeli secara ritel. Jangan selalu belinya lewat korporasi," kata Syarifudin di Jakarta, dikutip Bisnis.com pada Selasa (3/7/2018).
Dia melanjutkan, asosiasi sebenarnya telah memiliki program literasi yang menyasar perusahaan-perusahaan, untuk mulai memberikan keputusan beli produk DPLK pada masing-masing karyawan. Fleksibilitas tersebut akan mendorong daya beli masyarakat terhadap produk dana pensiun karena dapat disesuaikan dengan kebutuhannya.
"Decision yang by company ini harus kita lawan, biar marketnya bergerak," lanjutnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel