EDUKASI DUIT: Memahami Pola Pikir 'Old Money', Biar Ketularan Banyak 'Money'

Bisnis.com,05 Jul 2018, 14:14 WIB
Penulis: News Writer
Goenardjoadi Goenawan. / Bisnis-swi

Bisnis.com, JAKARTA — Pola pikir old money kepada yang misqueen adalah kesetaraan, kesamaan,  dan hak mayoritas 20%, sedangkan pola pikir kepada kelompoknya adalah perlindungan,  kolaborasi,  proteksi.

Yang terutama dalam pengambilan keputusan old money adalah perlindungan,  ada 100 cara melindungi dari risiko.  Yang penting adalah aman.  Secure. Nah apabila old money memiliki 100 cara melindungi kekuatan, kekayaannya, bagaimana caranya kita menyikapinya? 

1. Kita ingin bertukar,  katakan kita menawari. Pak ada peluang bagus. Tertarik? Tidak. Kenapa tidak? 

Old money itu ibarat induk ratu semut sudah memiliki ladang, seperti ladang jagung, hanya ladang ini adalah peternakan uang.  Jadi uangnya bertambah terus.

2. Bagaimana caranya kita bertukar bilamana old money sudah punya ATM isi ulang?  Mungkin ada hal-hal kesulitan mereka  yang kita belum tentu tahu.  Ingat Philip Kotler mengatakan bahwa marketing adalah bagaimana caranya melayani kebutuhan orang lain.  Old money butuh apa? 

Ternyata ada old money pusing karena tiap bulan anak-anak nya ingin menjual tanah keluarga.  Ada lagi old money yang gara-gara suksesi adiknya bungsu atau anak nya menjalankan bisnis berkompetisi langsung dengan ayahnya.  Alamat celaka!

Ada lagi old money merana anak-anaknya kurang bersikap bersyukur.  Nah,  ini dia!  Anak-anak old money terjangkit rasa kesulitan bersyukur. 

Kalau hidup Anda ruwet,  coba diteliti lagi ukurannya itu tadi.  Kalau belum ketemu phone a friend,  coba ditelaah lagi.  Sering kita merasa saat mendapatkan rezeki besar kita pikir, rezeki nomplok!  Belum tentu,  mungkinkah rezeki tersebut belum direstui.  Diberkati.

Penulis

Ir Goenardjoadi Goenawan, MM

Motivator Uang.

Penulis buku seri "Money Intelligent" dan buku “New Money”

Untuk pertanyaan bisa diajukan lewat: goenardjoadigoenawan@gmail.com

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Stefanus Arief Setiaji
Terkini