Pada 2008 silam, sebuah perusahaan pembuat batu nisan di Jepang bernama Ishi no Koe menjual produk unik. Batu nisan buatan perusahaan tersebut dipasangi quick response code atau QR code. Dengan memindai kode tersebut melalui ponsel, peziarah bisa melihat segala macam hal yang berhubungan dengan almarhum seperti biodata, foto, video dan lainnya.
Terobosan tersebut lantas membuka kemungkinan menyandingkan kemajuan teknologi dengan kegiatan yang bersifat religius. Fleksibilitas QR code membuat pemanfaatannya bisa amat luas, termasuk aktifitas spiritual.
Nah, kalau di Jepang pekuburan, di Indonesia QR code sudah masuk masjid. Sebagai kanal pembayaran paling mutakhir, QR code ternyata sudah dimanfaatkan sebagai pengganti kotak amal. Adalah PT Bank BNI Syariah yang menerapkannya untuk pertama kali.
Status sebagai anak usaha PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BNI) memungkinkan hal tersebut dilakukan, karena BNI terlebih dahulu telah mengembangkan kanal pembayaran berbasis QR code yang disebut Yap! Your All Payment. Kanal itulah yang kemudian dimodifikasi oleh BNI Syariah menjadi kotak amal kekinian.
Ahmad Sunaryo, salah seorang karyawan BNI Syariah, menerangkan bahwa peran kotak amal konvensional di kantornya sudah tergeser oleh QR code. Menurutnya, pemanfaatan teknologi untuk beribadah sangat bagus karena memudahkan untuk beramal.
“Saya kerap lupa membawa dompet saat berangkat salat Jumat. Kalau ponsel kan enggak pernah lupa dibawa kemana-mana," ujarnya, beberapa waktu lalu.
Pada saat memperkenalkan fitur kotak amal yap, Direktur Utama BNI Syariah Abdullah Firman Wibowo mengklaim bahwa selama masa ujicoba di masjid Al-Ikhlas BNI Syariah jumlah infaq meningkat sampai dua kali lipat. Hal ini membuatnya semakin optimistis jika teknologi bisa membuat gairah orang untuk beribadah semakin meningkat.
Selain sebagai kotak amal, yap! juga dimanfaatkan sebagai kanal pembayaran zakat. Mereka bekerja sama dengan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) melalui program “Yap!in Zakatmu”.
PT Bank Syariah Mandiri (BSM) tak mau ketinggalan. Berbeda dengan BNI Syariah yang memakai produk dari induknya, BSM memilih mandiri.
Fitur QR code dibenamkan di dalam aplikasi mobile banking. Nasabah yang ingin membayar zakat cukup mengaktifkan fitur tersebut. Penyalurannya langsung ke Lembaga Amil Zakat Nasional Bangun Sejahtera Mitra Umat (Laznas BSM Umat).
Direktur Bank Syariah Mandiri Toni Eko Boy Subari sangat antusias saat mencoba membayar zakat menggunakan ponselnya. "Jadi lebih mudah ya sekarang. Cepat dan tinggal pakai ponsel," ujarnya.
Rupanya tak hanya perbankan yang tertarik. PT Gojek Indonesia melalui kanal pembayarannya, Go-Pay, juga menggandeng Baznas untuk memudahkan penggunanya membayar zakat. Program tersebut diperkenalkan pada bulan Ramadan.
Dengan fitur ini, masyarakat dapat melakukan sedekah secara online. Cukup melakukan scan QR code menggunakan aplikasi Go-Jek dan kemudian memasukkan nominal saldo Go-Pay yang akan disedekahkan.
Ngomong-ngomong soal zakat, mungkin tak banyak tahu kalau ternyata potensi dananya amatlah besar. Namun, karena berbagai sebab-termasuk cara membayar-maka realisasinya ibarat pepatah: jauh panggang dari api.
Mantan Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo pernah menyebutkan potensi dana zakat di Indonesia mencapai Rp200 triliun. Namun, yang terhimpun pada tahun 2017 baru senilai Rp5,2 triliun. Ketua Baznas Bambang Sudibyo mengatakan, pihaknya menargetkan pengumpulan zakat tahun 2018 naik menjadi Rp6 triliun.
Dia memaparkan bahwa sejak 2001 sampai 2016 pertumbuhan dana zakat Indonesia mencapai 27%. Angka tersebut jauh di atas pertumbuhan ekonomi Indonesia yang ada di kisaran 5,4%. Itu artinya, semangat masyarakat Indonesia dalam beramal tetap tinggi sekalipun kondisi ekonomi tidak terlalu baik.
Dengan kemudahan pembayaran yang dihadirkan melalui pemanfaatan QR code, semangat beribadah dan beramal tentunya bakal semakin tinggi. Cukup dengan membuka ponsel, membaca bismillah, dan...cekrek!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel