Hujan Berhenti, Penyakit Pascabanjir Ancam Warga Jepang

Bisnis.com,12 Jul 2018, 14:03 WIB
Penulis: Annisa Margrit
Warga diselamatkan dari area yang terendam banjir oleh tentara Jepang di Kurashiki, Jepang, Sabtu (7/7)./Kyodo via Reuters

Bisnis.com, JAKARTA -- Penyakit pascabanjir menjadi perhatian Pemerintah Jepang setelah cuaca panas mendera dan terjadinya keterbatasan pasokan air.

Wilayah bagian barat Jepang mengalami banjir besar pada pekan lalu, yang menewaskan 195 orang dan puluhan lainnya hilang.

Reuters melansir Kamis (12/7/2018), lebih dari 200.000 rumah tangga tidak mendapatkan pasokan air. Kondisi ini diperparah dengan panasnya suhu di Negeri Sakura yang mencapai 30 derajat Celcius dan tingkat kelembaban yang tinggi.

"Adalah fakta yang tidak terbantahkan bahwa bencana yang diakibatkan hujan deras tiba-tiba seperti ini semakin sering terjadi dalam beberapa tahun terakhir," papar Kepala Sekretariat Kabinet Yoshihide Suga dalam sebuah konferensi pers.

Dia melanjutkan tugas pemerintah saat ini adalah melindungi kehidupan rakyatnya. Pemerintah Jepang menyatakan diperlukan banyak hal untuk menekan dampak dari bencana seperti ini.

Terbatasnya pasokan air bersih berpengaruh terhadap kebutuhan cairan tubuh para pengungsi dan meningkatkan risiko serangan panas (heatstroke) yang bisa berujung pada kematian.

Meski pemerintah telah mengirim truk air ke daerah yang terkena banjir, tapi suplainya tetap terbatas.

Di saat yang bersamaan, lebih dari 70.000 tentara, polisi, dan pemadam kebakaran berusaha menyingkirkan reruntuhan gedung untuk mencari korban yang hilang.

Banyak daerah yang terkubur lumpur, yang baunya mirip saluran air kotor dan telah mengeras di bawah panas matahari. Kondisi ini membuat proses pencarian makin sulit dilakukan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Annisa Margrit
Terkini