Proposal Brexit: Industri Keuangan Inggris Kecam Theresa May

Bisnis.com,13 Jul 2018, 15:57 WIB
Penulis: Dwi Nicken Tari
PM Inggris Theresa May meninggalkan markas Partai Konservatif di London, setelah Inggris menyelesaikan pemungutan suara, 9 Juni 2017./Reuters-Peter Nicholls

Bisnis.com, JAKARTA – Industri keuangan di Britania Raya mengecam proposal terbaru dari PM Inggris Theresa May untuk Brexit. Bahkan beberapa di antara mereka menyebut proposal itu sebagai hasil yang terburuk.

Beberapa eksekutif industri di Inggris menilai rencana May yang ingin menjaga hubungan dengan Uni Eropa untuk sektor layanan keuangan justru akan memakan banyak biaya dan merugikan perekonomian Inggris secara luas.

Mereka juga menilai proposal semacam itu akan membuat Inggris kehilangan kemudahan akses ke pasar terbesar dan terus berada di bawah bayang-bayang aturan UE.

Adapun kini, May lebih condong kepada keputusan ekuivalen (setara) untuk Inggris, yaitu menggunakan aturan Uni Eropa yang digunakan terhadap negara selain UE.

Alhasil, perbankan Inggris nantinya bakal kehilangan akses tanpa batasnya untuk pasar UE.

“Kertas putih Brexit kali ini benar-benar mengguncang. Melonggarkan hubungan perdagangan dengan Eropa akan membuat sektor keuangan dan profesional lainnya kesulitan membuka lapangan kerja, menghasilkan pajak, dan mendukung pertumbuhan,” kata Catherine McGuinness, Kepala Kebijakan di City of London Corporation, dalam pernyataan yang dikutip Bloomberg, Jumat (13/7/2018).

McGuinness menilai [gagasan soal] ekuivalen tidak cukup baik dan perlu ditingkatkan lagi secara substansial.

Adapun kunci utama untuk pengaturan ekuivalen saat ini merupakan skenario terburuk untuk Inggris.

Pasalnya, kemampuan UE yang secara sepihak dapat menarik diri dari kesepakatan, dengan pemberitahuan singkat, bakal merusak rencana jangka panjang para pebisnis.

Di sisi lain, Chancellor of the Exchequer Philip Hammond mendukung rencana May dan mengatakan proposal itu dapat memberikan kesepakatan yang baik bagi Inggris dan industri keuangannya.

Sejauh ini, dia memang menjadi pendukung setia di dalam Kabinet May untuk terus menjaga hubungan erat dengan UE.

“Sektor jasa yang sukses di Inggris—dan khususnya layanan jasa keuangan—selalu menjadi pusat rencana kami. Saya tegaskan bahwa kita harus mendapatkan kesepakatan yang dapat memungkinakan sektor ini terus berkembang,” ujarnya.

Inggris ingin mengembangkan jangkauan layanan perbankannya lewat aturan ekuivalen dan memiliki lebih banyak input dari bentuk regulasi UE di masa depan. Oleh karena itu, Hammond menuliskan, Inggris akan mendapatkan keuntungan dari negara-negara lainnya sembari membentuk kesepakatan baru dengan UE.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Saeno
Terkini