Perang Dagang Bikin Kesal Warga China, Turis AS Bakal Bayar Mahal Hotel di Shenzhen

Bisnis.com,13 Jul 2018, 16:54 WIB
Penulis: Renat Sofie Andriani
Kawasan bisnis di China./.Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Sebuah hotel di kota Shenzhen, China, berencana membebankan biaya tambahan sebesar 25% kepada tamu-tamunya yang datang dari Amerika Serikat (AS) di tengah perang dagang antara dua negara berkekuatan ekonomi terbesar di dunia tersebut.

Menurut laporan Global Times, sebuah tabloid yang diterbitkan grup surat kabar China People’s Daily, Modern Classic Hotel Group telah memasang pemberitahuan kepada para tamu di hotelnya mengenai biaya tambahan untuk tamu asal AS.

“Kami memasang pemberitahuan Jumat lalu. Bos kami benar-benar marah tentang tarif tanpa batas yang AS rencanakan untuk diberlakukan pada China,” kata seorang juru bicara hotel bermarga Yang kepada Global Times.

“Jadi kami memutuskan untuk berdiri bersama negara ini [China] dan menunjukkan dukungan kami,” lanjutnya, seperti dikutip Reuters.

Sementara itu, pihak hotel yang dihubungi untuk dimintai konfirmasi terkait kabar tersebut mengakui tidak tahu menahu tentang kebijakan itu.

Hingga saat ini, terlihat sedikit bukti umum yang menunjukkan aktivitas anti-Amerika di China saat perselisihan perdagangan antara kedua negara memanas.

Baik pemerintah AS dan China telah memberlakukan tarif sebesar 25% terhadap barang-barang impor senilai US$34 miliar yang berasal dari masing-masing negara pada 6 Juli.

Pekan ini, pemerintah AS bahkan merencanakan satu set tarif baru untuk dikenakan pada impor tambahan senilai US$200 miliar dari China. Rencana AS ini pun semakin meningkatkan konflik.

Dalam laporannya, Global Times menerangkan bahwa sentimen publik China terhadap AS menjadi lebih sensitif setelah ancaman tarif terbaru oleh pemerintah AS.

Beberapa sumber mengatakan kepada Reuters bahwa China mengeluarkan panduan ketat untuk medianya yang melarang serangan pribadi terhadap Presiden AS Donald Trump serta membatasi komentar terbuka. Ini merupakan upaya nyata untuk menghindari eskalasi yang tidak disengaja.

Pihak berwenang juga menyensor hal-hal berpotensi sensitif di media sosial seperti Weibo, layanan media sosial serupa Twitter di China. Segala hal terkait perdagangan sebagian besar dijauhkan dari daftar trending topics.

Meski demikian, ada tanda-tanda warga China yang berinisiatif atas hal ini. Sebuah foto tanda di sebuah restoran yang menginformasikan tamu dari AS tentang biaya tambahan 25% beredar di media sosial domestik dan internasional. Belum dapat diketahui dari mana foto tersebut berasal.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Fajar Sidik
Terkini