Ubud Masuk Daftar Kota Terbaik di Dunia, Ini Tantangannya

Bisnis.com,15 Jul 2018, 14:41 WIB
Penulis: Ema Sukarelawanto
Sejumlah wanita Hindu menyiapkan sesajen saat persembahyangan Hari Raya Galungan di Pura Dalem Kengetan, Ubud, Bali, Rabu (5/4)./Antara-Nyoman Budhiana

Bisnis.com, GIANYAR — Destinasi wisata Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali bertengger di peringkat 4 dari 15 kota terbaik di dunia versi situs Travel and Leisure.

Hasil survei tahunan World’s Best Awards dari Travel and Leisure menunjukkan Ubud mendapatkan nilai 88,74 setelah San Miguel de Allende di Meksiko dengan nilai 91,94, Oaxaca di Meksiko 90,52, dan Udaipur di India dengan nilai 89,31.

Adapun peringkat di bawah Ubud adalah Kyoto di Jepang, Florence di Italia, Luang Prabang di Laos, Hoi An di Vietnam, Chiang Mai di Thailand, Charleston di AS, Mexico City di Meksiko, Cape Town di Afrika Selatan, Roma di Italia, Istanbul di Turki, dan Beirut di Lebanon.

Dalam survei tersebut, pembaca diminta memberikan pengalaman perjalanan dengan menilai panorama alam, budaya, kuliner, tempat belanja, arsitektur, ikon penting, dan keramahan warga kota yang dikunjungi.

Kepala Dinas Pariwisata Gianyar Anak Agung Bagus Ari Brahmantya mengaku gembira dengan terpilihnya Ubud sebagai salah satu kota terbaik di dunia.

“Ini akan menjadi promosi efektif sekaligus menjadi tantangan bagi daerah itu untuk mempertahankan prestasi tersebut,” katanya, Minggu (15/7/2018).

Menurut Brahmantya, Ubud merupakan destinasi dengan objek wisata yang lengkap dan memiliki potensi sebagai pusat spiritual, seni, dan budaya. Saat ini, Ubud telah dijadikan sebagai purwarupa pengembangan destinasi gastronomi sesuai standar United Nations World Tourism Organization (UNWTO).

Dia melanjutkan Ubud juga mempunyai banyak fasilitas lain di antaranya treking, rafting, museum, monkey forest, spa, kelas memasak dengan ciri khas Bali yang snagat digemari wisatawan.

Kendati demikian, seiring popularitas destinasi ini, Ubud dihadapkan dengan berbagai permasalahan yang serius untuk diantisipasi yakni kemacetan lalu lintas, infrastruktur, dan persoalan sampah yang kian mendesak ditangani.

Brahmantya berharap konsep hotel murah (budget hotel) tidak diterapkan di Ubud karena akan mematikan homestay yang hingga kini menjadi alternatif bagi wisatawan mancanegara yang ingin menikmati tinggal dekat dengan kehidupan warga setempat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Annisa Margrit
Terkini