Pengamat Ingatkan Prabowo Hati-hati Pilih Cawapres

Bisnis.com,19 Jul 2018, 13:17 WIB
Penulis: John Andhi Oktaveri
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (kiri) siap berjabat tangan dengan Ketua MPR yang juga Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan sebelum melakukan pertemuan tertutup di Jakarta, Senin (25/6/2018)./ANTARA-Wahyu Putro A

Bisnis.com, JAKARTA - Pengamat politik dari Sinergi Masyarakat untuk Demokrasi (Sigma), Said Salahudin, mengatakan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto harus berhati-hati dalam menentukan figur cawapresnya, bila ingin menang atas Joko Widodo (Jokowi) dalam Pilpres 2019.

"Jangan hanya karena berharap PKS, PAN, dan atau Partai Demokrat menjadi teman koalisi, lalu terjebak pada opsi cawapresnya harus dari salah satu parpol itu," katanya, Kamis (19/7/2018).

Menurutnya, keinginan parpol calon koalisi Gerindra untuk menempatkan kadernya sebagai pendamping Prabowo memang sangat beralasan. Pasalnya, ada faktor presidential effect.

Dia mengatakan bahwa dalam pemilu serentak antara pemilihan anggota legislatif (pileg) dan pemilihan presiden dan wakil presiden (pilpres), pemilih cenderung memberikan perhatian lebih pada pertarungan pilpres yang menentukan pucuk pimpinan eksekutif nasional, ketimbang pileg.

Dalam praktik memilih, masyarakat sebagai pemilik suara memiliki kecenderungan untuk mencoblos partai politik yang mengusung capres-cawapres pilihan mereka. Parpol yang kadernya menjadi capres atau cawapres-lah yang akan cenderung dicoblos oleh pemilih.

Oleh sebab itu, kata Said, tidak mengherankan jika dalam pembentukan koalisi parpol sekarang ini setiap partai politik berusaha keras memasukkan kadernya sebagai capres atau cawapres.

"Tetapi parpol-parpol itu menurut saya juga perlu melihat target yang lebih besar dari pembentukan koalisi. Koalisi itu mau mereka bentuk hanya sekedar untuk ikut pilpres atau mau menang pilpres?," kata Said mempertanyakan.

Kalau target koalisi ingin menang, ujarnya, maka masing-masing parpol perlu jujur dalam menakar kans dari masing-masing jagoannya.

Sementara itu, Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan menegaskan bahwa tidak ada istilah harga mati untuk posisi calon presiden (capres) atau calon wakil presiden (cawapres) pada Pilpres 2019.

Menurutnya, karena alasan ambang batas pencapresan sebesar 20% kursi di DPR, maka parpol tidak bisa berjalan sendiri di Pilpres.

"Semua harga hidup kecuali bisa nyalon sendiri," kata Zulkifli kepada wartawan di Jakarta, Kamis (19/7/2018).

Dengan alasan itulah Zulkifli mengajak semua parpol, baik di kubu bakal capres Jokowi maupun yang berasal dari kubu Prabowo Subianto untuk duduk bersama membahas cawapres di Pilpres 2019.

"Inilah yang harus didudukan secara bersama-sama," ujarnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Nancy Junita
Terkini