Bisnis.com, JAKARTA — Bank Indonesia merilis data penghimpunan Dana Pihak Ketiga atau DPK pada Juni 2018 tercatat Rp5.218 triliun atau tumbuh 6,3% dibandingkan Juni 2017 dan lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 5,4%.
Peningkatan pertumbuhan DPK tersebut seiring dengan mulai meningkatnya suku bunga untuk jenis simpanan tertentu serta adanya peningkatan indeks penghasilan masyarakat sebagaimana survei konsumen Bank Indonesia (BI) periode Juni 2018.
Berdasarkan jenis simpananya, akselerasi DPK terjadi pada instrumen giro dan simpanan berjangka.
"Giro tercatat tumbuh sebesar 7,7% yoy (year-on-year) lebih tinggi dari pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 3,1% yoy. Peningkatan tersebut utamanya berasal dari nasabah korporasi di wilayah Jakarta dan Kalimantan Timur, serta nasabah perseorangan di wilayah Jawa Barat dan Jawa Timur," tulis hasil riset BI yang dirilis Kamis (2/8/2018).
Sementara itu pertumbuhan simpanan berjangka mengalami peningkatan dari 1,9% yoy pada Mei 2018 menjadi 2,5% yoy terutama pada nasabha korporasi di Jakarta dan Jawa Barat.
Sayangnya, tabungan tercatat mengalami perlambatan dari 12,2% yoy pada Mei 2018 menjadi 10,6% yoy pada Juni 2018 khususnya pada tabungan berdenominasi rupiah.
Data BI tersebut cukup mengkonfimasi hasil sejumlah laporan keuangan perbankan yang dihimpun Bisnis.
Direktur Utama Bank Mayapada Hariyono Tjahjarijadi mengatakan DPK perseroan tumbuh meski tidak seagresif kredit. Mayapada mengumpulkan Rp67,03 triliun, naik 8,52%.
Likuiditas perseroan pun mengetat atau naik menjadi 90,78% dari sebelumnya 83,46%. “Tapi per Juli LDR kami sudah turun kembali menjadi kisaran 88%,” kata nya.
Pada semester II/2018, MAYA tidak memiliki renana khusus untuk menggenjot DPK. Perseroan hanya berupaya menyeimbangkan dengan kebutuhan penyaluran kredit, sehingga LDR terjaga.
Hingga akhir tahun, Hariyono optimistis mampu menggenjot pertumbuhan kredit dan laba bersih sebesar 15%. Hal ini berdasarkan kondisi eksternal yang membaik dan akan menyebabkan sektor riil tumbuh.
Ada pun, Direktur Keuangan BRI Haru Koesmahargyo mengatakan kinerja positif pada lini bisnis bank seperti realisasi penyaluran kredit yang tumbuh dua digit menjadi faktor utama pertumbuhan.
Sisi lain DPK Bank BRI tercatat tumbuh 9,11% menjadi sebesar Rp838 triliun pada semester I/2018 dari Rp768 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Perseroan berencana untuk meningkatkan komposisi dana murah atau CASA untuk terus memperbaiki rasio beban operasional (BOPO) yang saat ini tercatat sebesar 72% dari 73,4% pada semester I/2017.
Sementara itu, dari PT Maybank Indonesia Tbk. yang memiliki strategi untuk mengelola biaya dana dengan menurunkan ketergantungan pada deposito harus menanggung penurunan total DPK sebesar 5% secara yOy menjadi Rp113,7 triliun dari Rp119,8 triliun pada semester I/2018.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel