Pilpres 2019 : Elektabilitas Prabowo Naik, Pengaruh SBY jadi Multivitamin

Bisnis.com,03 Agt 2018, 18:31 WIB
Penulis: Samdysara Saragih
: Direktur Riset Alvara Research Center Harry Nugroho memaparkan hasil riset elektabilitas calon presiden dan calon wakil presiden di Jakarta, Jumat (3/8/2018)/Bisnis.com-Samdysara Saragih

Bisnis.com, JAKARTA – Ketua Umum DPP Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY dinilai berhasil mengarahkan simpatisannya untuk mengalihkan suara kepada bakal calon presiden Prabowo Subianto.

Rentetan pertemuan SBY dengan Prabowo pada akhir Juli, yang dipungkasi pernyataan koalisi Demokrat-Partai Gerindra pada Pemilu Presiden 2019, mampu mendongkrak secara signifikan elektabilitas penantang Joko Widodo tersebut.

Bersamaan dengan itu, arus dukungan terhadap putra sulung SBY, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), agar mendampingi Prabowo terus menguat.

Survei Alvara Research Center dari 20-28 Juli 2018 menemukan elektabilitas Prabowo sebesar 32,2% alias nomor dua di bawah Jokowi yang memiliki tingkat keterpilihan 48,4%. Dibandingkan dengan hasil survei Mei 2018, elektabilitas Prabowo naik 5%, sedangkan Jokowi merangkak 1,6%.

Direktur Riset Alvara Research Center Harry Nugroho menjelaskan kenaikan elektabilitas Prabowo bersamaan dengan pernyataan dukungan SBY kepada sang mantan Komandan Jenderal Kopassus. Bukan mustahil, kata dia, suara Prabowo terus terdongkrak dalam beberapa bulan mendatang.

“Adanya dukungan SBY itu semacam multivitamin yang bisa tingkatkan elektabilitas Prabowo,” ujarnya dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (3/8/2018).

Pengaruh SBY semakin terkonfirmasi dengan keinginan mayoritas pendukung Prabowo agar menggandeng AHY sebagai bakal calon wakil presiden. Duet Prabowo-AHY dipilih oleh 19,3% responden, sementara Prabowo-Anies Baswedan 18,9%, dan Prabowo-Gatot Nurmantyo 13,4%.

Selain faktor dukungan elit, Harry menangkap tren kenaikan elektabilitas Prabowo turut dibantu dengan narasi yang dibangun tim kampanye Ketua Umum DPP Partai Gerindra tersebut. Isu-isu populisme agama dan permasalahan ekonomi yang merugikan Jokowi dianggap mampu memikat pemilih.

“Prabowo pelan-pelan naik. Ini harus diantisipasi koalisi Jokowi,” ujar Harry.

Alvara Research Center mengumpulkan data lewat wawancara tatap muka kepada 1.142 responden berusia di atas 17 tahun di seluruh Indonesia dari 20-28 Juli 2018. Marjin kesalahan survei sebesar +/- 2,95% dengan tingkat kepercayaan 95%.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rustam Agus
Terkini