PILPRES 2019: Poros Ketiga Sulit Terbentuk, Cak Imin Harus Realistis

Bisnis.com,08 Agt 2018, 14:23 WIB
Penulis: John Andhi Oktaveri
Papan reklame wacana duet Joko Widodo-Muhaimin Iskandar (Join) berdiri di Jln. Gatot Subroto, Jakarta, Rabu (25/7/2018)./Bisnis.com-Samdysara Saragih

Bisnis.com, JAKARTA - Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komaruddin berharap Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Muhaimin Iskandar atau Cak Imin lebih relaistis dalam berpolitik saat ini jika sulit untuk membentuk poros ketiga pilpres 2019.

Menurutnya, manuver politik PKB dengan ‘memperalat’ para kiai NU untuk mendukung Cak Imin sebagai cawapres Jokowi dengan ancaman akan membentuk poros ketiga bersama PAN dan PKS, jika tidak menggandeng dirinya hanya merupakan upaya untuk meningkatkan ‘bergaining’ dan ‘power sharing’ saja.

“Jadi, PKB harus realistis, karena partai menengah seperti PKB bergainingnya justru di situ. Jika tidak cawapres, maka kursi menterinya bertambah banyak dan tentu strategis,” ujar Ujang, Rabu (8/8/2018).

Menurut Ujang, justru akan menjadi naif jika PKB tidak bermanuver karena manuver PKB juga untuk menaikan elektabilitasnya.

“Ancaman para ulama NU meski telah dibantah, juga bukan merupakan sikap PKB seutuhnya, karena PKB akan tetap dalam koalisi Jokowi,” ujarnya.

Karena itu, kata Ujang, saat ini hasrat untuk cawapres itu sudah meredup. PKB juga tidak bisa ‘menjual’ Cak Imin secara utuh, karena masih menghadapi kasus ‘krdus durian’ ketika menjadi Menakertrans RI.

Dengan demikian sulit untuk membentuk poros ketiga pilpres, karena Jokowi sudah berhasil mengunci PKB dengan sempurna.

“Dengan tidak ditetapkannya cawapres sampai saat ini, maka PKB tidak punya pilihan lain selain tetap dalam koalisi Jokowi,” ujar Ujang.

Kekuatan PAN, PKS, dan PKB juga tidak cukup kuat, karena itu daripada tidak mendapat apa-apa, maka harus bertahan bersama koalisi Jokowi.

Sementara itu, PAN dan PKS disarankan tetap berada dalam koalisi Prabowo. Sebab, jika bergabung dengan poros ketiga akan justru salah, karena PAN dan PKS memiliki calon sendiri yang masih berpeluang dipilih Prabowo sebagai cawapres.

“PKS akan dianggap tidak konsisten jika mendukung Jokowi, karena selama ini PKS lah yang berkampanya #2019gantipresiden. Lalu, PAN sendiri akan dianggap main dua kaki,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Nancy Junita
Terkini