Bisnis.com, JAKARTA — Perbankan diminta mendorong alternatif sumber pendanaan murah sehingga dapat mempertahankan kinerja profitabilitas perbankan Indonesia.
Ekonom PT Bank Permata Tbk. Josua Pardede menilai, penetapan outlook sektor perbankan menjadi stabil dari positif oleh lembaga pemeringkat internasional Moody’s mengindikasikan bahwa pada dasarnya kondisi kualitas aset perbankan menunjukkan tren yang masih baik. Namun demikian, masih ada tantangan yang dihadapi oleh perbankan yakni risiko likuiditas.
"Padahal permintaan kredit menujukkan peningkatan seiring perbaikan kondisi sektor korporasi nonkeuangan. Peningkatan suku bunga acuan tentu akan mendorong cost of borrowing sehingga kondisi likuiditas pun diperkirakan akan mengetat," kata Josua, Rabu (8/8/2018).
Josua mengemukakan meski demikian, kondisi likuiditas perbankan akan dikelola dengan baik. Bank Indonesia selaku regulator di bidang moneter memastikan bahwa ketersediaan likuiditas di pasar akan meningkatkan kondisi likuiditas serta kenaikan suku bunga kredit pun tidak akan sebesar kenaikan suku bunga acuan.
Lembaga rating Moody's mengubah outlook sistem perbankan Indonesia dari positif menjadi stabil setelah menaikkan peringkat sejumlah bank Indonesia pada April-Juni 2018.
Outlook baru ini menggambarkan kualitas aset yang makin stabil di tengah perkembangan situasi makroekonomi dan menebalnya buffer dari kerugian seiring menguatnya profitabilitas.
"Outlook stabil merefleksikan asesmen kami bahwa dalam 12-18 bulan ke depan bank-bank di Indonesia akan menunjukkan kualitas aset yang makin stabil di tengah perkembangan situasi makroekonomi," ujar Vice President dan Senior Analyst Moody's Simon Chen dalam keterangan resmi yang diterima Bisnis, Rabu (8/8/2018).
Outlook stabil ini didasarkan pada enam faktor yakni sistem operasional (stabil), risiko aset (stabil), modal (stabil), pendanaan dan likuiditas (stabil), profitabilitas dan efisiensi (stabil), dan dukungan pemerintah (stabil).
Pertumbuhan ekonomi yang kuat diyakini bakal mendukung operasional perbankan selama 12-18 bulan ke depan. Secara khusus, Moody's menilai kebijakan makroekonomi pemerintah akan mampu mengerek pertumbuhan PDB menjadi 5,2% pada 2018-2019.
Pertumbuhan kredit juga diyakini bakal berada di kisaran 10%-12% per tahun dalam periode 2018-2019, lebih baik dari 8,2% pada tahun lalu.
Chen melanjutkan kualitas aset akan stabil dalam periode yang sama seiring dengan menguatnya performa ekonomi yang mengerek naiknya pendapatan. Tingkat kredit bermasalah pun diyakini tetap rendah.
Selain itu, Moody's menyatakan terus meningkatnya pendapatan bank dan menurunnya ongkos kredit akan membuat bank lebih mumpuni dalam menyediakan modal untuk mendukung pertumbuhan aset.
Di sisi likuiditas, lanjut Chen, naiknya simpanan akan membantu merelaksasi tekanan terhadap pembiayaan. Meski pertumbuhan kredit yang besar akan menekan pembiayaan bank, tapi pengetatan pembiayaan dinilai tetap terjaga karena simpanan juga meningkat dengan kecepatan yang sama.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel