BRI: Transaksi LCS Dengan Malaysia & Thailand Masih Rendah

Bisnis.com,12 Agt 2018, 06:21 WIB
Penulis: Ilman A. Sudarwan
Petugas gabungan dari Polres Blitar dan Kantor Cabang BRI memeriksa mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM) saat berpatroli bersama di Blitar, Jawa Timur, Sabtu (24/3/2018)./ANTARA-Irfan Anshori

Bisnis.com, JAKARTA—PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) mengungkapkan volume local currency settlement (LCS) framework yang dijalin oleh Pemerintah Indonesia dengan Thailand dan Malaysia saat ini masih lambat kendati infrastruktur dan kebijakan untuk mendorong nasabah sudah disiapkan.

Direktur Keuangan BRI Haru Koesmahargyo mengatakan infrastruktur yang disiapkan oleh perseroan meliputi produk simpanan, penyediaan dan pengiriman dana, serta fasilitas pembiayaan dalam mata uang Ringgit Malysia dan Baht Thailand.

“Saat ini BRI sudah melaksanakan transaksi antar bank dengan bank mitra untuk mengakomodasi kebutuhan eksportir dan importir dalam skema LCS. Selain itu, BRI pun juga sudah memberikan pelayanan LCS untuk bank domestik yang tidak ditunjuk sebagai bank ACCD oleh Bank Sentral,” katanya kepada Bisnis, belum lama ini.

Implementasi LCS, lanjutnya, diharapkan dapat mengurangi kebutuhan mata uang dolar AS yang selama ini digunakan untuk pembayaran ke Malaysia dan Thailand. Selain itu dia menilai, LCS juga dapat mendorong perseroan untuk meningkatkan market share transaksi perdagangan.

“Keuntungan buat BRI untuk jangka panjang antara lain meningkatkan market share BRI khususnya untuk transaksi trade di negara Malaysia dan Thailand dan meningkatkan fee based income [FBI] dari kegiatan dan transaksi keuangan pelaksanaan LCS,” jelasnya.

Kendati demikian, dia mengatakan saat ini program LCS belum meberi dampak yang siginifikan karena baru diimplementasikan pada akhir tahun lalu. Dia juga menuturkan bahwa belum banyak nasabah yang familiar dengan skema LCS, sehingga volume transaksinya masih rendah.

“Namun, BRI berkomitmen untuk terus melakukan sosialisasi melalui kantor-kantor cabang seluruh Indonesia dan pendampingan ke nasabah potensial untuk produk dan layanan LCS tersebut,” ujarnya.

Bank Indonesia menjalin kerja sama dengan Bank Negara Malaysia serta Bank of Thailand meluncurkan local currency settlement (LCS) framework. Sebanyak lima bank lokal ditunjuk untuk menjadi operator framework LCS, termasuk BRI.

Bank-bank yang ditunjuk tersebut antara lain memenuhi kriteria sebagai bank yang berdaya tahan dan sehat di setiap negara, memiliki pengalaman dalam memfasilitasi perdagangan antar kedua negara, memiliki hubungan bisnis dengan bank di kedua negara, dan memiliki basis konsumen dan kantor cabang yang luas di negara asal.

Alasan BI menjalin kerja sama adalah karena Thailand dan Malaysia termasuk dalam sepuluh besar mitra dagang utama negara ini. Rata-rata tahunan nilai perdagangan Tanah Air dengan Malaysia sepanjang 2010—2016 mencapai lebih kurang US$19,5 miliar, yang terdiri atas US$9,3 miliar ekspor dan US$10,2  miliar untuk impor.

Dengan nilai tersebut, rata-rata  pangsa pasar barang impor di Indonesia dari Malaysia sebesar 6,4% dan ekspor Indonesia ke Malaysia sebesar 5,5%. Sementara itu perdagangan Indonesia dengan Thailand pada periode yang sama mencapai sekitar US$15 miliar.

Sebanyak 63,3% di antarannya adalah kontribusi impor atau US$9,5 miliar dan sisanya ekspor US$5,5 miliar. Secara rata-rata pangsa pasar barang impor Indonesia asal Thailand sebesar 5,94% dan 3,2% untuk barang yang dikapalkan ke Negara Gajah Putih tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Fajar Sidik
Terkini