PRODUKSI PADI: Jawa Barat Diupayakan Tidak Puso

Bisnis.com,14 Agt 2018, 20:07 WIB
Penulis: Pandu Gumilar
Dampak musim kemarau/Antara-Aditya Pradana Putra

Bisnis.com, JAKARTA – Beberapa upaya untuk menanggulangi kekeringan di daerah Jawa Barat digalakkan untuk mencegah berkembangnya potensi puso.

Ketua Penanggung Upaya Khusus Swasembada Padi Jagung dan Kedelai (Upsus Pajale) Provinsi Jawa Barat, Banun Harpini mengatakan pihaknya melakukan langkah strategis untuk mengantisipasi puncak musim kemarau yang diprediksikan terjadi pada bulan Agustus dan September 2018.

Adapun langkah yang dilakukan oleh Banun adalah mengoptimalkan teknologi Patbo. ““Teknologi Inovasi Patbo akan kami sebarluaskan terutama saat musim kering. Ini merupakan paket teknologi pertanian yang berbasis manajemen air dan penggunaan bahan organik,”katanya Selasa, (14/8).

Menurutnya, inti dari teknologi Patbo adalah membudidayakan padi dengan manajemen hemat air dan memanfaatkan bahan-bahan disekitar petani yang organik. Di enam kabupaten provinsi Jawa Barat telah menerapkan teknologi inovasi Patbo yakni Majalengka, Subang, Sukabumi, Bekasi, Garut dan Cianjur. Banun mengklaim daerrah tersebut lebih siap menghadapi musim kering tahun 201&.

Selain itu, petani juga didorong untuk melakukan percepatan tanam pada daerah yang belum mengalami kekeringan, penggunaan bibit padi khusus untuk lahan kering, serta penerapan teknologi dan mekanisasi untuk penyediaan air.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika memperkirakan adanya kemungkinan mundurnya panen akibat musim kemarau, sehingga angka peningkatan luasan menjadi penting. Oleh sebab itu, percepatan tanam padi di beberapa wilayah digalakkan terutama yang masih bisa memanfaatkan hujan.

Tim upsus Jabar pun mendorong petani untuk menggunakan bibit unggul khusus lahan kering yakni Inpari 32, 33 dan jenis padi gogo, dan Inpago. Selain itu, pembuatan lubang bipori sebelum musim kering untuk mengantisipasi terjadinya banjir dengan membuat air hujan cepat meresap ke dalam tanah, juga membuat tanah tidak cepat kehilangan air pada saat musim kemarau. Pemanfaatan sungai, embung, dan waduk yang masih banyak debit air juga dilakukan dengan pompanisasi.

“Ini merupakan langkah untuk memanfaatkan hasil inovasi pertanian yang cocok untuk dilakukan pada musim kering,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Bunga Citra Arum Nursyifani
Terkini