MENDAG: Perundingan Kemitraan Ekonomi Indonesia-Australia Selesai

Bisnis.com,31 Agt 2018, 18:45 WIB
Penulis: Yodie Hardiyan
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menjawab pertanyaan wartawan/JIBI-Dwi Prasetya

Bisnis.com, JAKARTA -- Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menyatakan perundingan kemitraan ekonomi komprehensif antara pemerintah Indonesia dan Australia (Indonesia Australia-Comprehensive Economic Partnership/IA-CEPA) sudah selesai.

Pernyataan itu disampaikan oleh Enggartiasto kepada wartawan seusai menghadiri pertemuan antara pemerintah Indonesia dan pemerintah Australia sebagai bagian dari kunjungan Perdana Menteri Australia yang baru, Scott Morrison ke Istana Kepresidenan Bogor guna menemui Presiden Joko Widodo.

"Itu (hasil pertemuan) menyatakan bahwa secara substantif, it's already concluded. Sudah selesai. Karena itu kita mendeklarasikan menyatakan berdua bahwa dalam Indonesia-Australia CEPA (Comprehensive Economic Partnership Agreement) ini perjanjian secara substantif sudah selesai," kata Enggartiasto di Bogor, Jawa Barat, Jumat (31/8/2018).

Kendati perundingan itu sudah selesai, Enggartiasto menyatakan perundingan itu perlu ditindaklanjuti dengan persyaratan hukum dan ditulis dalam bahasa hukum. Penandantanganan IA-CEPA oleh pemerintah Indonesia dan Australia itu, ujar Enggartiasto, ditargetkan dilakukan pada November 2018.

Enggartiasto menyatakan IA-CEPA itu akan ditandangani oleh menteri, bukan oleh presiden. Menurutnya, negoisasi IA-CEPA ini telah berlangsung selama 6 tahun. Enggartiasto menyatakan perjanjian ini bukan perjanjian perdagangan bebas.

"Bedanya adalah kita partneran. Jadi di dalam kerangka ekonomi secara keseluruhan, kerjasama ekonomi. Kalau free trade itu kan pada dagangnya saja. Nah ini sampai kepada servicesnya dan kemudian dari sisi pendidikan untuk capacity building," katanya.

Salah satu contoh konkrit kemitraan ini adalah tarif ekspor mobil dan garmen dari Indonesia ke Australia sebesar 0%. "Mobil itu kita (Indonesia) mendapatkan yang paling istimewa dibandingkan dia (Australia) dengan perjanjian negara lain karena ini comprehensive economic partnership," katanya.

Sebaliknya, Australia bisa mendirikan universitas di Indonesia dengan kepemilikan saham mayoritas. Salah satu alasannya, Enggartiasto mengatakan puluhan ribu mahasiswa Indonesia bersekolah di Australia. "Kalau dia (mahasiswa Indonesia) ada di sini (Indonesia) bisa menghemat devisa berapa besar," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Martin Sihombing
Terkini