Survei: Gerakan #2019GantiPresiden Makin Populer, Penolak Tambah Meningkat

Bisnis.com,03 Sep 2018, 19:03 WIB
Penulis: Muhammad Ridwan
Ilustrasi: Massa memblokir pintu keluar Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru, Riau, Sabtu (25/8/2018), menolak kehadiran Neno Warisman terkait rencana deklarasi gerakan #2019GantiPresiden./Antara-Rony Muharrman

Bisnis.com, JAKARTA -  Gerakan #2019GantiPresiden yang menjadi polemik belakangan ini menjadi semakin populer di tengah masyarakat. Namun, jumlah pihak yang tidak setuju dengan gerakan tersebut pun semakin bertambah.

Lembaga survei Y-Publica merilis hasil survei terkait dengan gerakan tagar tersebut, Senin (3/9/2018).

"Secara umum, meski semakin populer, sikap publik tidak setuju dengan gerakan itu justru naik, dari 67,3% menjadi 68,6%," ujar Direktur Eksekutif Y-Publica Rudi Hartono, Senin (3/9/2018).

Rudi mengatakan gerakan tersebut semakin populer didasarkan pada hasil survei yang menunjukkan terjadinya peningkatan pengetahuan responden tentang gerakan tersebut.

Pengambilan data dilakukan pada tanggal 13 -23 Agustus 2018. Jumlah sampel 1.200 responden yang dipilih secara acak bertingkat (multistage random sampling), mewakili 120 desa dari 34 provinsi di Indonesia.

Dari hasil survei Y-Publica hampir 70% responden mengetahui atau pernah mendengar mengenai gerakan itu. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan temuan survei sebelumnya (Mei 2018) yaitu 50,3%.

Rudi menyampaikan sejumlah perincian mengenai hasil survei tersebut.

"Meskipun makin populer, persepsi publik terhadap gerakan ini cukup kritis. Sebanyak 28,3% responden [yang mengetahui] menganggap sebagai gerakan bermuatan politik, sedangkan 25% menganggap itu kampanye politik sebelum pemilu, bahkan ada 13,6% responden yang menganggap gerakan itu mengarah makar. Hanya 8,4% yang menganggap sebagai gerakan protes atau bentuk ketidakpuasan terhadap pemerintah,” jelasnya.

Y-Publica juga melakukan survei tentang persepsi publik mengenai pasangan yang diuntungkan melalui gerakan tagar tersebut.

"Sebanyak 32,1% responden menganggap gerakan itu menguntungkan kubu oposisi atau lawan politik Jokowi. Malah ada 24,9% yang menuding langsung pasangan Prabowo-Sandi sebagai pihak yang diuntungkan, 20,6% menganggap gerakan itu menguntungkan kelompok anti NKRI dan 12,8% menyebut kelompok pendukung khilafah yang diuntungkan," ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Saeno
Terkini