Sikapi Modernisasi Pinggiran, Komunitas Sosial Hadapi Dilema

Bisnis.com,07 Sep 2018, 09:07 WIB
Penulis: Putri Zakia Salsabila
Perdesaan tertutup kabut di Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat./Antara-Raisan Al Farisi

Bisnis.com, JAKARTA – Berbagai komunitas sosial semakin gencar melakukan perubahan di berbagai pinggiran daerah.

Komunitas tersebut di antaranya berfokus pada masalah pendidikan sekolah di desa-desa tertinggal dengan cara melakukan kelas inspirasi (pengenalan cita-cita dan profesi), pembasmian buta huruf, dan pembangunan minat baca.

Upaya ini dilakukan guna membantu masyarakat desa agar semakin sadar terhadap pentingnya pendidikan sehingga dapat memajukan perekonomian masyarakat dan menekan pernikahan usia dini.

Namun, hal itu dianggap sebagai masalah bagi pegiat sosial lain yang memiliki ideologi tentang masyarakat desa yang seharusnya memberdayakan sumber daya alam desa atau pesisir tanpa harus pergi ke kota untuk mencari pekerjaan lain.

Salah satu pegiat sosial Book of Mountain, Firdalaily Mahdanisa Zakie, mengatakan bahwa “tujuan social movement yang terpenting adalah untuk menyadarkan masyarakat bahwa kemajuan bukan hanya beorientasi kepada kota.”

Dia mengemukakan hal itu dimaksudkan agar tingkat urbanisasi tidak terus naik sehingga menghambat kemajuan perdesaan.

Firdalaily menambahkan bahwa social movement seharusnya dapat menyadarkan para masyarakat desa untuk semakin mengembangkan sumber daya alam yang sebenarnya sudah mereka miliki.

Pendapat ini sesuai dengan misi gerakan sosial Book of Mountain yang berorientasi terhadap kemajuan kehidupan perdesaan.

Komunitas ini membangun perpustakaan di beberapa lereng gunung. Sudah ada 18 perpustakaan yang dibangun Book of Mountain dari Sumatra sampai Papua Barat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: M. Syahran W. Lubis
Terkini