Fitch Ratings: Efek dari Krisis Argentina, Aksi Jual di Emerging Market akan Berlanjut

Bisnis.com,07 Sep 2018, 14:15 WIB
Penulis: Dwi Nicken Tari

Bisnis.com, JAKARTA — Gejolak yang terjadi di pasar negara berkembang seperti Argentina dan Turki mulai melebar ke negara-negara lain, termasuk Indonesia. Fitch Ratings memperkirakan penularan aksi-jual di pasar negara berkembang tersebut masih akan berlanjut untuk beberapa hari.

Namun, lembaga pemeringkat utang itu menyebutkan bahwa konsensus dari para investor adalah aksi jual akan segera mereda kendati penularan aksi jual semakin meluas di pasar keuangan. 

Untuk itu, Fitch tetap menjaga outlook stabil untuk semua negara berkembang di Asia, kecuali Pakistan.

“Diskusi mengenai penularan telah berubah dari waktu ke waktu—orang-orang kini tidak terlalu fokus dibandingkan episode krisis sebelumnya,” kata James McCormack, Global Head of Sovereign Ratings di Fitch di acara konferensi di New York, seperti dikutip Bloomberg, Jumat (7/9/2018).

Dia menjelaskan bahwa penularan merupakan penjualan irasional terhadap aset suatu negara yang dipicu oleh kondisi yang terjadi di negara lain.

Lebih lanjut, Head of Asia-Pasific Sovereign Team di Fitch Stephen Schwartz mengapresiasi pemerintahan di India dan Indonesia yang telah cukup sigap di dalam membuat respons kebijakan yang dibutuhkan untuk mengukur gejolak di emerging market.

Di tempat lain, Todd Martinez, Head of Latin America Sovereign di Fitch, mengungkapkan bahwa dampak aksi jual terhadap ekonomi Argentina juga semakin terbatas sementara aksi jual terhadap peso turut melemahkan mata uang lainnya di kawasan Amerika Latin.

Ke depannya, penguatan dolar AS akan membawa tantangan bagi negara berkembang yang telah kehilangan utang dolar dalam jumlah yang besar. Selain itu, negara berkembang juga terancam rentan akibat penurunan harga komoditas.

“Dolar merupakan variabel yang paling penting di dunia emerging market,” kata McCormack sambil menambahkan bahwa permasalahan dolar AS telah berlangsung selama bertahun-tahun terakhir.

Adapun sebanyak 43% dari responden yang disurvei di dalam konferensi itu mengungkapkan bahwa mereka akan menahan posisi selama gejolak di pasar berkembang terjadi. 

Sementara itu, sekitar 30% menyatakan bahwa keputusan untuk memangkas eksposur terkait penularan akan semakin memburuk juga bukan lah langkah yang buruk, dan sisanya 26% menilai aksi jual telah selesai dan sekarang merupakan kesempatan untuk buy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Sutarno
Terkini