Bursa Asia Tertekan Ketegangan Perdagangan AS-China, IHSG Melemah Pada Sesi I

Bisnis.com,10 Sep 2018, 13:23 WIB
Penulis: Aprianto Cahyo Nugroho
Karyawan berjalan melintasi layar informasi Indeks harga saham gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (6/9/2018)./Reuters-Willy Kurniawan

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih bertahan di zona merah pada akhir perdagangan sesi I hari ini, Senin (10/9/2018).

IHSG melemah 0,55% atau 32,16 poin ke level 5.819,31 pada akhir sesi I, setelah dibuka dengan pelemahan 0,27% atau 16,09 poin di level 5.835,38. Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak pada kisaran 5.776,01-5.840,87.

Berdasarkan data Bloomberg, sebanyak 141 saham menguat, 183 saham melemah, dan 277 saham stagnan dari 601 saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Enam dari sembilan indeks sektoral IHSG menetap di zona merah dengan tekanan utama oleh sektor industri dasar yang melemah 1,22%, disusul sektor finansial yang turun 1,02%.

Di sisi lain, tiga sektor lainnya menguat dan menahan pelemahan IHSG lebih lanjut di sesi I, dipimpin sektor pertanian yang naik 0,37%.

IHSG melemah di saat indeks saham di Asia Tenggara juga terpantau terdepresiasi siang ini, dengan indeks FTSE Straits Time Singapura yang turun 0,6%, indek sSE Thailand yang melemah 0,27%, dan indeks PSEi Filipina yang turun 0,59%.

Adapun indeks Topix dan Nikkei 225 Jepang masing-masing menguat 0,23% dan 0,2%. Indeks Kospi Korea Selatan melemah 0,36%, indeks Hang Seng Hong Kong melemah 1,32%, sedangkan indeks Shanghai Composite dan CSI 300 China masing-masing turun 0,78% dan 1,08%.

Bursa saham Asia kembali tertekan dan mengawali pekan ini di tengah memanasnya tensi perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China.

Dilansir dari Reuters, pemerintah China telah mengingatkan akan melakukan pembalasan jika AS meluncurkan langkah-langkah baru, tetapi diketahui kehabisan ruang untuk menyesuaikan langkah itu dalam nilai dolar AS.

Hal ini mendorong kekhawatiran bahwa pemerintah China dapat menggunakan langkah-langkah lain seperti pelemahan yuan ataupun mengambil tindakan terhadap perusahaan-perusahaan AS di China.

"Ada kesan Amerika Serikat akan terus meningkatkan tekanan sampai China tunduk pada tuntutan AS yang tampaknya tidak mungkin terjadi dalam waktu dekat,” tulis JPMorgan dalam risetnya, seperti dikutip Reuters.

"Secara keseluruhan, dampak dari tarif dan tingkat ketidakpastian yang tinggi akan terus membebani pasar hingga akhir tahun ini.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Fajar Sidik
Terkini