Transaksi Kartu Kredit Terkoreksi Pelemahan Rupiah

Bisnis.com,11 Sep 2018, 21:54 WIB
Penulis: Muhammad Khadafi
Kartu kredit/ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA – Pelemahan nilai tukar rupiah dalam beberapa bulan terakhir memberikan dampak negatif terhadap bisnis kartu kredit perbankan. Terutama transaksi kartu kredit untuk kegiatan pelesir ke luar negeri merosot karena fluktuasi kurs.

General Manager Kartu Kredit PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Okki Rushartomo mengatakan, transaksi kartu kredit perseroan ,sekitar 12% digunakan oleh nasabah untuk tujuan ke luar negeri.

Menurutnya, sektor pelesiran merupakan salah satu andalan BNI dalam bisnis kartu kredit. Apabila pelemahan nilai tukar berlanjut, dalam jangka panjang bisnis kartu kredit akan terkena dampak seiring dengan kenaikan harga tiket dan hotel.

“Saat ini memang belum berdampak langsung, tapi nanti konsumen akan lebih memilih dalam melakukan transaksi kartu kredit,” katanya kepada Bisnis belum lama ini.

BNI masih mengkaji sejauh mana dampak pelemahan rupiah terhadap kartu kredit. Akan tetapi perseroan masih optimistis target nilai transaksi tumbuh dua digit pada tahun ini, menjadi Rp40 triliun, bakal tercapai.

Selain hotel dan harga tiket pesawat, menurut Okki, konsumen kartu kredit akan mengurangi belanja di luar negeri. Namun, lanjutnya, nasabah akan mencari alternatif yang lebih murah, termasuk mengubah tujuan belanja di dalam negeri.

Direktur PT Bank Central Asia Tbk. Santoso membenarkan, salah satu kontributor transaksi kartu kredit adalah belanja di luar negeri. Secara industri hal itu memberikan sumbangsih sekitar 10% kepada total nilai transaksi kartu kredit.

Sementara itu, BCA mencatat 15%—20% nilai transaksi kartu kredit disumbang oleh nasabah yang berkunjung ke luar negeri. “Pengaruh pasti ada, tapi menurut saya masih manageable,” katanya.

Santoso menyampaikan, nasabah BCA yang menggunakan kartu kredit di luar negeri tergolong sehat secara finansial. Mereka, sambungnya, juga dikategorikan sebagai nasabah yang cermat mengatur transaksi.

Dia lebih khawatir pelemahan nilai mata uang memberikan dampak negatif kepada industri perbankan secara keseluruhan. Saat ini, tercatat pertumbuhan kartu kredit cenderung stagnan. Pada akhirnya hal ini berpotensi menambah rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL). 

Setiap bank perlu terus menambah basis konsumen secara hati-hati untuk mengakali peningkatan nilai kredit bermasalah. “Bisnis kartu kredit masif itu seperti ember bocor. Bank harus isi air lebih cepat sehingga bisa mendapatkan benefit yang lebih besar,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hendri Tri Widi Asworo
Terkini