Lanjutan Perang Dagang Bayangi Permintaan Minyak Mentah Global

Bisnis.com,17 Sep 2018, 15:57 WIB
Penulis: Mutiara Nabila
Ilustrasi./JIBI

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah memerah pada perdagangan di Asia karena kekhawatiran akan langkah Amerika Serikat untuk kembali menerapkan tarif tambahan kepada China, menambah beban dari sanksi AS kepada Iran pada November mendatang.

Pada perdagangan Senin (17/9) pukul 11.00 WIB, harga minyak Brent turun tipis 0,09 poin atau 0,12% menjadi US$78 per barel. Pada pembukaan sesi yang sama, harga minyak Brent tercatat merosot 16 poin atau 0,2% di posisi US$77,93 per barel.

Adapun, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) mencatatkan penurunan 0,05 poin atau 0,07% menjadi US$68,94 per barel dan sempat menyentuh posisi US$68,79 per barel pada awal perdagangan.

Kala Bidang Riset Guotai Junan Futures Wang Xiao mengatakan bahwa ekspektasi pasar akan penyusutan produksi sudah mereda setelah kemunculan data pada pekan lalu menunjukkan pasokan minyak mentah bertambah.

“Pasar sudah lebih tenang terkait dengan penyusutan pasokan, sedangkan investor mulai menurunkan outlook untuk permintaan terhadap minyak mentah secara global,” ujar Xiao, dikutp dari Reuters, Senin (17/9/2018).

Presiden AS Donald Trump diprediksi akan kembali mengumumkan tarif pada barang China senilai US$200 miliar pada Senin pagi waktu setempat.

Deretan perang dagang yang terus berlanjut membuat kekhawatiran akan potensi perlambatan pertumbuhan konsumsi minyak lebih menjadi fokus dibandingkan dengan kekhawatiran sanksi AS ke Iran yang diperkirakan akan memicu gangguan pasokan dan mendorong harga.

Pengilangan minyak di India, sebagai negara pembeli terbesar minyak Iran, akan memangkas muatan minyak dari Iran untuk pengiriman September dan Oktober hingga setenganhnya dari jumlah pada awal tahun.

Adapun, yang menjadi beban tambahan bagi harga minyak adalah pengebor minyak AS yang akan menambah dua rig minyak lagi pada pekan 1 Desember mendatang.

Data dari perusahaan layanan informasi energi Baker Hughes menunjukkan bahwa penambahan rig tersebut akan membuat total jumlah rig AS melampaui jumlah sebanyak 749 unit pada September 2017 menjadi 867 unit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Pamuji Tri Nastiti
Terkini