Bisnis.com, JAKARTA — Unit Usaha Syariah PT Bank CIMB Niaga Tbk. (CIMB Niaga Syariah) bersikap selektif dalam penyaluran pembiayaan dalam valuta asing atau valas.
Direktur Perbankan Syariah CIMB Niaga Pandji P. Djajanegara mengatakan bahwa total pembiayaan dalam valaluta asing yang disalurkan oleh unit usaha syariah perseroan hanya mencapai 5% dari pembiayaan korporasi yang menduduki 45% total pembiayaan.
“Kalau corporate, kami sekitar 45% dari total pembiayaan per Juni, di mana financing valasnya hanya di bawah 5%. Jadi, kami memang fokus ke pembiayaan rupiah,” katanya kepada Bisnis, Senin (17/9/2018).
Menilik riset Moody’S Financial Services total piutang valas yang disalurkan perbankan di Indonesia memang tergolong rendah, hanya 15% dari total penyaluran dana. Namun, sektor perbankan tetap menghadapi risiko tidak langsung dari kondisi tersebut.
Dalam riset tersebut disebutkan bahwa piutang dalam valas yang diemisi perusahaan terbuka di Indonesia mencapai 50% dari keseluruhan piutang nonkredit. Volatilitas rupiah dikhawatirkan akan meningkatkan beban debitur terhadap kewajiban tersebut.
Terdapat risiko apabila kondisi tersebut akan turut berdampak terhadap kemampuan korporasi memenuhi kewajiban mereka kepada bank untuk melunasi pinjaman ataupun pembiayaan.
PT Perusahaan Listrik Negara menjadi salah satu perusahaan yang paling terdampak pelemahan nilai tukar rupiah. Pasalnya, mayoritas piutang PLN berdenominasi dolar sedangkan pendapatannya sebagian besar diterima dalam rupiah.
Unit Usaha Syariah (UUS) CIMB Niaga diketahui memiliki sejumlah eksposur pembiayaan kepada perusahaan setrum milik negara tersebut. Namun, Pandji mengatakan perseroan tak khawatir dengan kondisi tersebut sebab mayoritas pembiayaan yang diberikan memiliki tenor pendek.
“Pembiayaan ke PLN porsi terbesarnya adalah dalam bentuk fasilitas modal kerja, jadi relatif tidak terlalu berdampak. Yang jangka panjang baru ditarik financing-nya Agustus lalu, dan itu sudah memasukkan unsur-unsur volatilitas valas,” jelasnya.
Per akhir Juli, total pembiayaan unit usaha syariah emiten perbankan berkode saham BNGA tersebut mencapai Rp21,47 triliun. Jumlah pembiayaan tersebut meningkat 55,69% dibandingkan dengan capaian pada periode yang sama tahun lalu senilai Rp13,79 triliun. Adapun, penyaluran kredit perusahaan induk justru mengalami penurunan sebesar 2,14% menjadi Rp158,1 triliun.
Sebelumnya Pandji mengatakan bahwa perseroan masih memiliki tiga pipeline pembiayaan sindikasi kepada sektor infrastruktur. Dia menerangkan, dua pembiayaan akan diberikan kepada debitur di sektor perhubungan dan satu di sektor perlistrikan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel