Kesepakatan Turki - Rusia Diharap Hentikan Pertumpahan Darah di Suriah

Bisnis.com,19 Sep 2018, 02:17 WIB
Penulis: Rayful Mudassir
Seorang anak laki-laki duduk di kursi di jalan yang rusak di Douma, Suriah./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Presiden Turki Vladimir Putin sepakat akan memberlakukan zona demiliterisasi baru di wilayah Idlib, Suriah, untuk memukul mundur pasukan pemberontak. Kesepakatan ini diharapkan menghentikan pertumpahan darah di Suriah.

Pejabat oposisi Suriah memuji perjanjian tersebut. Otoritas setempat mengatakan bahwa kedua negara itu telah menyelamatkan wilayah yang dikuasai pemberontak. Damaskus juga menyambut kesepakatan tersebut dengan bersumpah untuk melanjutkan kampanye memulihkan setiap inci dari negara itu.

“Duta besar Suriah untuk Libanon mengatakan kesepakatan itu akan menguji kemampuan Turki untuk memenuhi janji-janji untuk melucuti senjata pemberontak,” tulis laporan Reuters, Selasa (18/9/2018).

Presiden Rusia Vladimir Putin, sekutu paling kuat Presiden Suriah Bashar Al-Assad, dan Presiden Turki Tayyip Erdogan setuju pada pertemuan puncak kemarin untuk menciptakan zona demiliterisasi di Idlib yang mana pemberontak harus mundur pada pertengahan bulan depan.

Perjanjian tersebut telah mengurangi intensitas serangan oleh pemerintah Suriah. PBB sendiri telah memberi peringatan bahwa serangan itu akan menciptakan bencana kemanusiaan di wilayah Idlib, rumah bagi sekitar 3 juta orang warga.

“Kesepakatan Idlib menjaga kehidupan warga sipil dan penargetan langsung mereka oleh rezim. Itu mengubur mimpi-mimpi Assad untuk memaksakan kontrol penuhnya atas Suriah, ” kata Mustafa Sejari, pejabat Tentara Suriah Merdeka atau Free Syria Army (FSA).

"Daerah ini akan tetap berada di tangan Tentara Suriah Merdeka dan akan memaksa rezim serta pendukungnya untuk memulai proses politik yang serius yang mengarah ke transisi nyata yang mengakhiri kekuasaan Assad," kata Sejari.

Juru bicara untuk Komisi Negosiasi Suriah oposisi mengatakan perjanjian itu telah menghentikan serangan yang pasukan pemerintah telah memobilisasi dalam beberapa pekan terakhir, menyebutnya sebagai "kemenangan atas kehendak untuk hidup atas kehendak untuk kematian".

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: M. Syahran W. Lubis
Terkini