Bahana Sekuritas: Penerbitan Obligasi dan IPO Masih Ramai

Bisnis.com,19 Sep 2018, 11:38 WIB
Penulis: Tegar Arief
Pengunjung melintas di samping papan penunjuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (27/7/2018)./JIBI-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA -- Investor diyakini masih akan melihat besarnya potensi dari pasar obligasi di Tanah Air pada sisa tahun ini.

Direktur Utama Bahana Sekuritas Feb Sumandar mengatakan dengan tingkat yield seperti sekarang, pasar obligasi Indonesia menawarkan tingkat imbal hasil yang cukup menarik dibandingkan negara tetangga.

Imbal hasil obligasi pemerintah naik menjadi 8,4%, lebih tinggi dibandingkan dengan yield obligasi India yang sebesar 8,1%, Filipina sebesar 6,35%, dan Malaysia sebesar 4,1%.

"Investor akan kembali melihat pasar obligasi Indonesia menjadi tempat berinvestasi dengan dukungan fundamental ekonomi yang terus memperlihatkan sejumlah perbaikan," paparnya dalam keterangan resmi yang diterima Bisnis, Rabu (19/9/2018).

Menurut Feb, korporasi masih melihat penerbitan obligasi sebagai sumber pendanaan untuk meningkatkan produktivitas. Animo korporasi untuk menerbitkan obligasi maupun menerbitkan saham perdana pun masih terus mengalir.

Hal ini tercermin pada semester pertama tahun ini, di mana Bahana telah mengantarkan dua emiten melantai di bursa yakni PT Bank BRIsyariah Tbk. dan PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk. dengan perolehan dana sekitar Rp2,2 triliun.

Adapun penerbitan obligasi telah dilakukan oleh PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) , PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., PT Waskita Karya (Persero) Tbk., PT Pegadaian (Persero), PT Permodalan Nasional Madani, dan Wom Finance dengan total perolehan dana mencapai Rp16,7 triliun.

Dalam sisa tahun ini, Bahana Sekuritas  memperkirakan bakal ada lebih dari 2 perusahaan yang mencari dana melalui penerbitan saham perdana dan lebih dari 4 perusahaan akan menerbitkan obligasi.

"Kami meyakini sejumlah langkah yang dilakukan pemerintah bersama dengan Bank Indonesia (BI), baik dengan menaikkan suku bunga acuan maupun dengan menempuh berbagai kebijakan fiskal untuk menjaga stabilitas pasar keuangan domestik, menjadi sentimen positif bagi investor untuk kembali masuk ke pasar keuangan Indonesia," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Annisa Margrit
Terkini