Akhir 2018, Sri Mulyani Optimistis B20 Hemat Devisa US$2,3 Miliar

Bisnis.com,19 Sep 2018, 09:43 WIB
Penulis: Ni Putu Eka Wiratmini
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan sambutan pada seminar nasional di Jakarta, Jumat (14/9/2018)./JIBI-Dedi Gunawan

Bisnis.com, DENPASAR - Menteri Keuangan Sri Mulyani optimistis kebijakan B20 (biodiesel dengan campuran minyak solar dan minyak sawit 20%) akan menghemat devisi negara hingga US$2,3 miliar.

Kata dia, saat ini impor migas sudah mulai menurun sejak adanya penerapan kebijakan B20. Walaupun tidak memberikan angka pasti, menurutnya ekspor migas justru jauh lebih besar daripada impor.

Adapun saat ini migas mengalami penurunan lifting (realisasi produksi minyak dan gas) hingga 35% dibandingkan kondisi 12 tahun lalu. Adapun lifting migas sejak 12 tahun lalu dari volume 1 juta barel per hari (BOEPD) menjadi 750 barel per hari (BOEPD).

“Kita masih berharap dengan adanya B20 akan mengurangi porsi kebutuhan [impor] sampai akhir tahun ini, kira-kira US$2,3 miliar bisa dihemat dan kita akan mengharapkan bisa terjadi,” katanya, Selasa (18/9/2018) sore.

Sri Mulyani menyebut beberapa kebijakan fiskal dan moneter memang harus diterapkan lantaran suku bunga AS yang meningkat dan likuiditas yang ketat, sehingga defisit perdagangan tidak semakin melebar dan capital inflow [aliran madal masuk] yang meningkat.

Selain menurunkan impor migas, pihaknya juga akan meningkatkan eskpor segala komoditi. Insentif untuk investasi juga akan semakin ditingkatkan sehingga perekonomian Indonesia bisa aman dari goncangan ekonomi dunia yang terjadi saat ini.

Sri Mulyani menegaskan, kondisi ekonomi pasti tidak akan selamanya baik dan selalu mengalami goncangan, sehingga kebijakan untuk melakukan adaptasi di setiap goncangan yang terjadi memang harus diterapkan.

Sri Mulyani juga mengatakan pihaknya akan menjaga penerimaan negara dari perpajakan dan belanja negara secara produktif dan efisien. Termasuk pembiayan utang yang pruden.

APBN akan dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk menstimulus ekonomi, mengurangi kemiskinan, memperluas kesempatan kerja, hingga kesenjangan ekonomi.

“Ekonomi yang sehat adalah yang mampu beradaptasi dan cara saat mengalami guncangan,” katanya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Nancy Junita
Terkini