Manufaktur Diproyeksi Tumbuh di Kisaran 4%-4,9% pada 2019

Bisnis.com,20 Sep 2018, 21:20 WIB
Penulis: Wibi Pangestu Pratama
Pekerja menyelesaikan pembuatan gitar listrik di pabrik alat musik Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa (27/3/2018)./ANTARA-Wahyu Putro A

Bisnis.com, JAKARTA – Indef memperkirakan industri manufaktur tumbuh di kisaran 4%-4,9% pada tahun depan seiring dengan potensi kelanjutan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Bhima Yudhistira, ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), mengatakan pertumbuhan manufaktur pada 2019 berpotensi lebih rendah dibandingkan dengan target pertumbuhan ekonomi yang dipatok pemerintah sebesar 5,3%.

“Pertumbuhan manufaktur tertahan pelemahan kurs rupiah yang membuat biaya produksi khususnya bahan baku dan barang modal meningkat,” ujarnya kepada Bisnis, Kamis (20/09).

Selain pelemahan rupiah, tren kenaikan harga minyak dunia diyakini akan membawa pengaruh negatif bagi industri dalam negeri karena dapat mendorong peningkatan biaya produksi. Faktor lain yang dapat menahan pertumbuhan manufaktur adalah permintaan domestik yang belum tumbuh signifikan.

“Bunga kredit menambah cost of borrowing di saat yang bersamaan permintaan domestik stagnan," tutup Bhima.

Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan manufaktur nasional pada kuartal II/2018 mencapai 4,41% atau lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,27%. Kendati demikian, angka tersebut lebih besar dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 3,93%.

Pada tahun ini, Kementerian Perindustrian mematok target pertumbuhan manufaktur sebesar 5,67%. Adapun, untuk tahun depan, Kemenperin belum mengeluarkan angka proyeksi pertumbuhan manufaktur.

Kementerian Perindustrian hanya memperkirakan sektor manufaktur akan memberikan sumbangan ekspor US$143,22 miliar pada 2019.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menjelaskan, tren peningkatan ekspor manufaktur terus berlanjut. Hal ini terlihat nilai ekspor industri pengolahan pada 2016 senilai US$110,5 miliar dan US$125,02 miliar pada tahun berikutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Maftuh Ihsan
Terkini