Bisnis.com, JAKARTA— Kementerian Badan Usaha Milik Negara selaku pemegang saham seri A atau dwiwarna PT Semen Baturaja (Persero) Tbk. akan melakukan evaluasi kinerja perseroan sepanjang semester I/2018, perubahan anggaran dasar, serta kemungkinan perubahan susunan pengurus dalam rapat umum pemegang saham luar biasa yang akan digelar pada Oktober 2018.
Berdasarkan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, yang dikutip, Rabu (19/9/2018), Semen Baturaja mengumumkan permintaan dari Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau pemegang saham seri A dwiwarna untuk menggelar rapat umum pemengang saham luar biasa (RUPSLB) pada 25 Oktober 2018.
Saat dikonfirmasi Bisnis.com, Deputi Bidang Usaha Energi, Logistik, Kawasan dan Pariwisata Kementerian BUMN Edwin Hidayat Abdullah menjelaskan bahwa terdapat beberapa agenda yang akan dibahas dalam RUPSLB Semen Baturaja. Pertama, update mengenai kinerja perseroan pada semester I/2018.
Kedua, pemerintah melalui Kementerian BUMN akan membahas perubahan anggaran dasar emiten berkode saham SMBR tersebut. Terakhir, Edwin tidak menutup kemungkinan adanya rotasi di jajaran manajemen perseroan.
“Ada kemungkinan perubahan pengurus,” ujarnya kepada Bisnis.com, Rabu (19/9/2018).
Dia mengatakan saat ini industri semen di dalam negeri kian kompetitif. Kondisi kelebihan pasokan masih harus dihadapi para produsen komoditas tersebut.
“Supply 107 juta ton [tetapi] demand cuma sekitar 70 juta ton,” imbuhnya.
Edwin menyebut tergerusnya kinerja SMBR pada semester I/2018 akibat depresiasi pabrik baru dan bunga. Menurutnya, elemen tersebut tidak dapat dikapitalisasi lagi oleh perseroan.
Berdasarkan catatan Bisnis.com, Direktur Utama Semen Baturaja Rahmad Pribadi mengatakan hal senada terkait tergerusnya laba bersih perseroan pada semester I/2018. Menurutnya, tergerusnya laba bersih perseroan akibat biaya bunga dan depresiasi dari pabrik yang baru beroperasi.
Selain itu, Rahmad menyebut penurunan harga jual masih menjadi penekan kinerja keuangan perseroan. Akan tetapi, emiten berkode saham SMBR itu mengklaim telah menerapkan cost leadership initiative dengan target mempertahankan margin EBITDA.
Untuk kenaikan harga batu bara, sambungnya, perseroan telah menyiasati dengan strategi blending. Dengan demikian, tercapai tingkat yang optimum.
Dia menyatakan optimistis dengan kinerja sampai dengan akhir 2018. Pihaknya akan menggenjot volume penjualan dibarengi dengan initiative cost leadership untuk mempertahankan EBITDA.
Seperti diketahui, SMBR mencatatkan pertumbuhan pendapatan 24,89% secara tahunan pada semester I/2018. Jumlah yang dikantongi naik dari Rp627,35 miliar menjadi Rp783,51 miliar.
Akan tetapi, terjadi kenaikan beban pokok pendapatan pada periode tersebut. Tercatat, beban yang ditanggung naik dari Rp437,66 miliar pada semester I/2017 menjadi Rp546,01 miliar.
Dengan demikian, perseroan semen pelat merah itu mengantongi laba bersih Rp24,08 miliar pada semester I/2018. Pencapaian itu tercatat turun 60,21% secara tahunan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel