Kerugian Akibat Investasi Bodong Capai Rp9,7 Triliun Selama 2016-2017

Bisnis.com,22 Sep 2018, 06:39 WIB
Penulis: Azizah Nur Alfi
Terdakwa Dirut First Travel Andika Surachman (ketiga kiri), Direktur Anniesa Hasibuan (kanan), dan Direktur Keuangan Siti Nuraida Hasibuan (ketiga kanan) dikawal petugas usai menjalani sidang kasus dugaan penipuan dan pencucian uang biro perjalanan umrah First Travel dengan agenda pembacaan amar putusan di Pengadilan Negeri Kota Depok, Jawa Barat, Rabu (30/5/2018)./ANTARA-Indrianto Eko Suwarso

Bisnis.com, JAKARTA -- Kasus investasi bodong masih sering terjadi di masyarakat. Otoritas Jasa Keuangan mencatat selama 2016-2017 saja nilai kerugian yang diderita masyarakat karena kasus semacam itu mencapai Rp9,7 triliun.

Dikutip dari akun Twitter resmi Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Sabtu (22/9/2018), Direktorat Kebijakan dan Dukungan Penyidikan Departemen Penyidikan Sektor Jasa Keuangan OJK menyebutkan ada 1.314.600 korban kasus investasi bodong maupun sengketa industri yang terjadi pada periode tersebut.

Total dana nasabah yang tersangkut di berbagai investasi bodong maupun investasi yang masuk kategori mencurigakan mencapai Rp9,7 triliun.

Beberapa kasus investasi bodong selama 2016-2017 dan dana yang berhasil dikumpulkan yakni First Travel dengan nilai Rp800 miliar, PT Cakrabuana Sukses Indonesia sebesar Rp1,6 triliun, Dream for Freedom sekitar Rp3,5 triliun, dan Pandawa Group senilai Rp3,8 triliun.

Oleh karena itu, OJK meminta masyarakat segera melapor jika menemukan investasi yang mencurigakan. Hal ini untuk mencegah korban investasi bodong semakin banyak lagi.

OJK berbagi tips agar masyarakat terhindar dari investasi bodong. Pertama, hindari promotor yang tidak dapat menjelaskan rencana bisnis perusahaan.

Kedua, cari informasi mengenai perusahaan, karyawan, dan produknya. Ketiga, minta salinan tertulis rencana pemasaran dan penjualan dari perusahaan. Keempat, semakin besar keuntungan yang ditawarkan, semakin besar pula risiko kerugian yang akan dialami.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Annisa Margrit
Terkini