Ekonomi Sulit Tumbuh 5,5%, Ini Penjelasan Menko Darmin Nasution

Bisnis.com,23 Sep 2018, 20:52 WIB
Penulis: Puput Ady Sukarno
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution memberikan keterangan pers usai kegiatan halalbihalal di Graha Sawala, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kamis (21/7/2018) | Ipak Ayu H.N

Bisnis.com, LOMBOK - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengakui bahwa perekonomian Indonesia saat ini sulit untuk tumbuh pada kisaran 5,5%.

"Ekonomi kita akan bergerak dari 5% ke 5,5% itu kok susahnya bukan main. Bergeraknya itu lho kok cuma 5,0% atau 5,1% atau 5,2%," ujarnya, di sela Sosialisasi Online Single Submission (OSS) di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) akhir pekan lalu.

Menurutnya, hal itu lantaran disebabkan oleh tidak cukup cepat dinamika dalam negeri untuk mendorong pertumbuhan. "Kita harus mengandalkan perkembangan global," ujarnya.

Baginya, peristiwa global yang terjadi saat ini yakni seperti perang dagang antara Amerika Serikat dan China turut memperberat keadaan setahun terakhir ini.

Oleh sebab itu, pihaknya pun berharap kondisi ekonomi global segera pulih. Perang dagang yang terjadi antara Amerika Serikat (AS) dan China juga diharapkan segera berakhir.

Pasalnya, dengan berhentinya dua masalah tersebut bisa berdampak positif bagi ekonomi dalam negeri. Pemerintah bisa lebih fokus dalam menggenjot kinerja investasi dan ekspor.

Darmin mengakui bahwa saat ini jika setiap kali ekonomi Indonesia tumbuh agak cepat, pada sisi lain impornya meledak. "Kenapa begitu. Karena banyak sekali kegiatan ekonomi yang tidak lahir di Indonesia," ujarnya.

Dia mencontohkan pada industri petrokimia, yang menurutnya secara hulu hingga hilir banyak yang tidak tersambung alias bolong-bolong sehingga setiap kali ekonomi menggeliat, maka impornya meningkat cepat.

"Jadi kalau impor meningkat cepat melampaui ekspornya seperti yang terjadi sekarang ini maka ekonomi kita menghadapi ketidakseimbangan terutama secara eksternal. Nah, itu sebabnya kita kemudian merancang yang namanya fasilitas pajak seperti tax holiday, mini tax holiday, dll," ujarnya.

Menurutnya lahirnya fasilitas pajak itu, harapannya adalah bukan sekadar menambah investasi ke Indonesia, baik dari dalam negeri maupun luar negeri, akan tetapi juga yang tidak kalah penting adalah mengisi pohon industri yang kosong tersebut.

"Jadi supaya kalau ekonomi kita menggeliat terus makin cepat tidak kemudian terjadi impor yang meningkat lebih cepat dari ekspornya," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Achmad Aris
Terkini