Bisnis.com, JAKARTA — Jelang tutup tahun ini perbankan bergegas memperbaiki neraca keuangan dengan mendorong penurunan rasio kredit bermasalah. Sejumlah langkah restrukturisasi disiapkan guna memangkas rasio non-performing loan (NPL).
Berdasarkan Statistik Perbankan Indonesia (SPI) Otoritas Jasa Keuangan, rasio NPL industri perbankan per Juli 2018 sebesar 2,73%, angka itu naik jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya 2,67%.
Secara daerah rasio NPL perbankan tertinggi di Maluku dan Papua yang mencapai 4,9%. Kemudian, Sulawesi dan Kalimantan masing-masing rasio NPL sebesar 3,7% dan 3,4%. (lihat tabel)
Direktur PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Nixon L. Napitupulu menyampaikan, perseroan mendorong penurunan rasio NPL. Dia berharap pada kuartal III/2018 NPL berada di bawah rata-rata nasional 2,7%. Per semester I/2018, NPL bank pelat merah itu tercatat 2,8%.
Dia mengutarakan, sejumlah strategi dilakukan perseroan untuk menurunkan NPL, salah satunya dengan menjual kembali berbagai kredit konstruksi pada pengusaha lain.
"Ini pola strategi investor gathering, kemarin sudah kami lakukan dengan 50 debitur saja, banyak yang sudah menunjukkan minat makanya akan kami follow-up terus dan saya rasa dampaknya belum kuartal III, tapi IV," katanya kepada Bisnis, akhir pekan lalu.
Apabila berhasil, sambungnya, perseroan mampu meng-collection hingga ratusan miliar. Dengan nilai tersebut, sambungnya, akan berpengaruh signifikan dalam penurunan rasio NPL. Hingga akhir tahun ini perseroan menargetkan rasio NPL pada kisaran 2,5% - 2,4%.
Nixon mengungkapkan, penyumbang NPL terbesar perseroan dari KPR rumah nonsubsidi, yaknki debitur berprofesi wiraswasta dengan gaji tidak tetap. Selain itu, perseroan terus mengurangi kredit nonperumahan sebagai strategi mengurangi NPL.
"Kami sudah kurangi kredit yang bukan perumahan dan pendukungnya. Seperti, kemarin itu kredit kontraktor kabel yang memang belum kami mengerti dan dikhawatirkan hanya menyumbang NPL," ujarnya.
Sementara itu, Direktur Utama PT Bank Sinarmas Tbk. Frenky Tirtowijoyo mengatakan, saat ini kinerja perseroan masih lebih baik dari tahun lalu, meskipun masih ada sejumlah aspek yang perlu diperbaiki. “NPL masih dijaga sesuai ketentuan yang diberikan otoritas,” ujarnya.
Menurutnya, NPL kebanyakan disumbang dari realestate dan sektor komoditas yang nilai ekspornya menurun. Penanganan yang dilakukan manajemen dengan melakukan restrukturisasi atau eksekusi.
Untuk NPL sepanjang 6 bulan pertama tahun ini tercatat kenaikan dari 4,21% pada Juni 2017 menjadi 4,76% pada Juni 2018.
Adapun, Bank Sinarmas memproyeksi pertumbuhan kredit pada tahun ini sekitar 8% - 10% dengan ditopang oleh sektor yang beragam, mulai dari korporasi, mikro, dan ritel. Sementara itu, dana pihak ketiga ditargetkan tumbuh 8%.
Berdasarkan laporan keuangan Bank Sinarmas sampai dengan Juni 2018, tercatat laba bank milik Sinarmas Group itu melesat 82% dibandingkan dengan periode sebelumnya menjadi Rp225 miliar. Namun, kredit mengalami penurunan 8,7% menjadi Rp16,5 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel