Dorong Finalisasi Perundingan IE-CEPA, Mendag Bertolak ke Swiss dan Spanyol

Bisnis.com,02 Okt 2018, 17:29 WIB
Penulis: M. Richard
Ilustrasi hari Eropa/Istimewa

Bisnis.com ,JAKARTA -- Guna mendorong finalisasi perundingan Indonesia–European Free Trade Association (EFTA) Comprehensive Economic Partnership Agreement (IE-CEPA), pemerintah berkunjung ke Swiss dan Spanyol.

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan perjanjian tersebut akan membuka akses pasar bagi produk Indonesia di negara EFTA yaitu Swiss, Norwegia, Islandia, dan Liechtenstein.

“Perjanjian perdagangan IE-CEPA merupakan suatu langkah yang luar biasa, mengingat selama ini kita belum memanfaatkan peluang pasar negara-negara EFTA secara maksimal," katanya dalam siaran pers, Senin (2/10/2018).

Padahal, Enggar melanjutkan, EU merupakan pasar potensial mengingat pendapatan per capita yang tinggi (US$33.715) dan posisi mereka yang dapat dijadikan pintu menuju pasar Uni Eropa, sedangkan Indonesia juga belum memiliki perjanjian dagang dengan UE.

Dengan kunjungannya tersebut, Enggar menyatakan Indonesia adalah negara yang siap berkompetisi dengan negara lain dan secara aktif mengintervensi pasar dunia di tengah-tengah sentimen negatif proteksionis di beberapa belahan dunia saat ini.

Adapun, perkembangan saat ini, kata Enggar, kedua negara sedang memperjuangkan berbagai kepentingan negaranya. Meski demikian, semua isu tersebut satu per satu akan dieliminasi dan mencapai titik kesepakatan.

“Tadi saya dan Menteri Ammann sudah sepakat, kami di tingkat Menteri akan mengawal penyelesaian perundingan IE-CEPA dapat tercapai di Bali," tuturnya.

Indonesia dan UE sepakat untuk menyelesaikan perundingan pada tahun 2018. Ketua juru runding kedua delegasi juga akan bertemu kembali membahas isu-isu termutakhir, dan diharapkan ada kesepakatan final pada pertemuan di Bali, pada 28–31 Oktober 2018. 

Duta Besar Indonesia di Bern, Muliaman Hadad mengatakan produk Indonesia memiliki peluang cukup besar untuk dikembangkan di pasar Swiss. Adapun, produk tersebut a.l. emas, kopi, coklat, tekstil dan produk tekstil, alas kaki, furnitur dan kerajian, produk olahan hasil laut dan minyak atsiri.

"Hanya saja, promosi produk-produk tersebut perlu dilakukan lebih gencar," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Wike Dita Herlinda
Terkini